Chapter 40

331 18 26
                                    

Melepaskan atau menggenggam, kedua nya terlalu sulit bagiku. Kamu begitu indah untuk aku genggam dan lepaskan. Satu hal Anna, aku mencintaimu dengan segenap raga dan jiwaku.

Kita sama-sama tersakiti dan tersiksa dengan perasaan ini. Pada akhirnya, aku memilih melepaskan. Terkesan egois. Tapi itulah pilihanku Ann. Kamu mungkin kecewa, marah, dan benci padaku. Tapi setidaknya, kamu akan mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.

Disini aku sama terlukanya denganmu Ann, bayang-bayang mu hadir di setiap saat. Kerinduan ini begitu menggerogoti jiwa.

Satu Minggu berada di Medang perang, bahu ku tertembak. Tapi, anehnya hatiku yang sakit. Aku sangat merindukanmu Anna. Semesta terlalu kejam pada kita.

Aku terjatuh dari tebing, tapi tetap saja hatiku jauh lebih sakit. Aku pernah menggores tubuhku sendiri, tapi semuanya tak tarasa. Ternyata hatiku benar-benar terluka.

Mentalku terguncang Ann, bahkan tak terhitung sudah berapa peluru yang masuk ke dalam tubuhku. Tapi aku tak mati, kerinduanku membunuh rasa sakit itu. Semua rasa sakit di tubuhku seolah berpindah pada hati. Semakin lama semakin menjadi sakit itu. Bagaikan sebuah tumor yang menggerogoti jiwa yang kian lama berubah menjadi kanker.

Aku merindukan mu Anna, sangat. Sangat merindukanmu.

Tes.

Tes.

Air mata Gerald jatuh saat membaca buku diary milik sang ayah. Sebegitu besar kah ayahnya mencintai sang mama. Tapi kenapa ia melepaskan nya? Dan apakah ayahnya pernah mengalami gangguan mental? Ada begitu banyak pertanyaan yang terpatri di benak nya.

Gerald membuka lembaran-lembaran buku kecil itu. Tiba-tiba hatinya merasa sesak saat membaca alasan di balik perpisahan orang tuanya. Gerald menahan tangisnya, ia tak kuasa mendapati kenyataan itu. Gerald buru-buru menutup buku kecil itu. Kemudian ia menutup seluruh tubuhnya  dengan selimut. Ia berusaha memejamkan matanya, agar besok bisa terlihat lebih segar saat menghadapi sang ayah.

Jam sudah menunjukan pukul 00:16 tapi mata Gerald tak kunjung terpejam. Terlintas di benaknya untuk mengunjungi sang kekasih. Mengingat jika besok adalah weekend, jadi tidak adalah jika bangun siang fikirnya.

Gerald dengan cepat mendial nomor Ratu. Seperkian detik panggilan itu langsung terhubung.

"Hallo," ucap ratu serak.

"Ganggu yah?"

"Iyhaa," jawab Ratu sambil menguap.

"Emang itu ko niatnya juga." Ujar Gerald tanpa dosa.

"Ishh, nyebelin."

"Tapi ngangenin kan?" Goda Gerald.

"Untung sayang!"

"Harus dong, kalo gak sayang aku sedih nih."

"Ra?"

"Apa?"

"Kangen."

"Masa?"

"Iya sayang."

"Aaaaa jadi baper."

"Cie bulshing."

"Nggak! Sok tahu."

"Tahu lah, apa sih yang nggak aku tahu tentang kamu."

"Gombal."

"Ra, malem gelap yah?"

"Kalo terang siang Ger."

MY QUEEN || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang