Assalamualaikum.
Gumu'ah mubarak.
Semoga kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya.
Chapter kali ini sedikit lebih panjang dari biasanya, semoga tidak mengecewakan.
.
.
.
[Kairo, 7 Februari 2016]
Arkana Surya: Assalamualaikum La.
Nala Amalia: Waalaikumussalam Kak. Ada apa kak?
Arkana Surya: Gimana izin kampusnya? Lancar?
Nala akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti sementara dari kampusnya untuk menjaga sang ayah yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Sebenarnya Arka tidak tega dan berencana untuk menggantikannya. Namun Nala sudah berkata tegas kepadanya untuk meneruskan studinya agar tidak terlalu lama di negeri orang. Pendapat tersebut juga disetujui oleh ibunya.
Nala Amalia: Sudah kak. Rektor juga sudah menyetujui untuk cuti satu tahun.
Arkana Surya: Kapan balik ke Jakarta?
Nala Amalia: Sore ini Insya Allah. Naik kereta.
Arkana Surya: Hati-hati di jalan.
Nala Amalia: Siap kak.
Arka kemudian bertanya tentang keadaan sang bapak. Nala mengatakan kalau keadaan bapak masih belum membaik.
Nala Amalia: Doain yang penting, jangan terlalu dipikirin. Nanti lambungnya malah kambuh lagi. Sehat-sehat biar cepat lulus.
"Kau lagi ngechat Nala?" tanya Faiz yang lagi membuat adonan untuk membuat cakwe.
Salah satu kebiasaan Faiz selain belajar adalah melakukan eksperimen masak. Mungkin karena dia adalah anak dari seorang tentara, yang harus berpindah dari satu kota ke kota lain dalam kurun waktu tertentu, Faiz jadi memiliki referensi masakan yang dia miliki melimpah ruah. Dan saat merantau inilah referensi-referensi tersebut dia coba sebagai selingan makanan khas Mesir.
"Masak apa nih?" Arka berjongkok di samping Faiz, mencoba untuk mencomot adonan yang sedang dibentuk.
Faiz melotot dan menyingkirkan tangan Arka menjauh dari adonan, "Singkirkan tangan kotor kau itu! Duduk saja sana!"
"Jangan marah Iz."
Faiz mendengus. "Pertanyaanku belum dijawab."
"Iya." Arka menceritakan obrolannya dengan Nala ke Faiz.
Faiz berfikir sebentar, "Gimana kalau kau kirim kue sama apa gitu buat nemenin Nala sama ibu di rumah sakit?"
Arka manggut-manggut, sepertinya itu merupakan ide yang bagus. "Enaknya apa?"
"Kue kurma enak kayaknya." Faiz memberikan rekomendasi.
"Belinya di mana?" Arka tidak terlalu menyukai makanan manis, jadi dia tidak tahu kue kurma itu seperti apa dan di mana bisa membelinya.
"Di Sabi' kayaknya ada." Sabi' yang Faiz maksud adalah kawasan Hay Sabi'. Orang-orang menyebutnya dengan Sabi' agar lebih simple.
"Berapa harganya?" tanya Arka.
"Sekitar 20-30 Le kayaknya untuk satu kotak."
Arka pikir tidak ada salahnya untuk mengirimkan makanan kepada ibu dan adiknya, apalagi uang beasiswa baru saja turun minggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kairo Ketika Tertidur
SpiritualKetika Arka tengah bersimpuh lemah di sudut Masjid Imam Husein, seorang kakek tak dikenal menghampirinya dan menyampaikan nasihat penuh isyarat padanya. "Ketahuilah bahwa jalan keluar dari segala permasalahanmu ada di mana-mana. Obrolan dari seseora...