24. Pertemuan yang Dirancang Takdir

237 64 10
                                    

Hai...

Bagaimana kabar kalian?

Saya sendiri sudah kembali ke Indonesia dan sedang berada di Wisma Atlet untuk karantina.

Mohon doanya semoga semuanya baik-baik saja.

Selamat menikmati ceritanya...

***

[Kairo, 8 Februari 2017]

Sosok yang berdiri di balik jeruji yang berfungsi sebagai loket membeli tiket adalah laki-laki kurus yang kira-kira berusia empat puluh tahun. Matanya memandang malas ke arah antrian yang mengular di luar loket. Meski sudah seramai itu, dia masih dengan santai meminum teh yang baru dia seduh beberapa menit yang lalu, membiarkan para pengunjung berakrab ria dengan angin musim dingin.

Arka sendiri hanya berjarak lima orang dari pintu loket. Kalau bukan karena tiket gratis masuk yang diberikan oleh Solihin tertinggal, dia tidak akan mau untuk berlama-lama antri. Sayangnya tiket tersebut tertinggal di atas kasur. Arka tidak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri.

Cairo International Book Fair adalah sebuah pameran buku tahunan yang merupakan salah satu pameran buku terbesar di dunia. Pameran tersebut kurang lebih menarik ratusan penjual buku dan beberapa ribu pengunjung dari seluruh belahan dunia. Tahun ini adalah pameran ke-48 dari awal pameran diadakan pada tahun 1969.

Banyak buku-buku yang dijajakan, mulai dari penerbit dalam maupun luar Mesir. Hal tersebut tentu mengundang minat para pelajar, tak terkecuali Arka.

Pameran yang digelar selama dua minggu tersebut, kini menyisakan dua hari terakhir. Arka sendiri akan memilih pulang jika bukan karena waktu yang terbatas dan dia harus pergi ke Giza untuk syuting esok hari.

Setelah setengah jam berdiri, akhirnya petugas tadi mulai bekerja. Antrian yang macet sejak tadi, perlahan bergerak.

"Gunakan uang pas!" Teriak petugas tadi dari dalam loket. Sepertinya dia kesal karena pengunjung di depan Arka membayar dengan nominal uang yang besar, sehingga dia harus repot mencari kembalian.

Arka sudah menyiapkan uang pas. Tiket masuknya hanya 3 Le. Harga yang ramah di saku para pelajar.

Giliran Arka tiba. Dia segera memberikan uang pas sebelum petugas tadi berbicara panjang lebar. Melihat uang pas yang Arka berikan, petugas tadi hanya diam dan menyobek selembar tiket dan melemparkannya begitu saja.

Arka mengambil tiket yang dilempar tadi, tanpa banyak bicara dia bergegas menuju pintu masuk.

Ada dua pintu masuk untuk memasuki pameran yang digelar di kawasan Fair Zone, Kota Kairo. Bagi para penghuni asrama seperti Arka, pilihan terbaik adalah menaiki metro dari stasiun Abdou Pasha yang nantinya turun tepat di pintu masuk bagian belakang. Sementara yang lain, bisa menaiki bis yang memiliki rute Darrasah-Hay Sabi' atau Darrasah-Hay Asyir.

Daerah tersebut sebenarnya hanya area luas kosong dengan beberapa gedung saja. Namun ketika pameran buku berlangsung, beberapa stan kecil dibangun di seluruh area sehingga bisa menampung banyaknya penjual.

Setelah melewati pos pemeriksaan, Arka memasuki pameran. Dia sudah pernah ke sana sekali ketika awal-awal pameran dibuka. Kali ini adalah yang kedua sekaligus yang terakhir.

Kedatangan Arka yang pertama adalah untuk membeli buku dari penerbit bersubisdi yang biasanya memberikan diskon besar selama pameran berlangsung. Arka dan Faiz saat itu memborong banyak sekali kitab dan ensiklopedia dengan harga yang sangat miring.

Untuk yang kedua, Arka bertujuan untuk mengunjungi penerbit yang berada di luar Kairo atau luar Mesir. Biasanya ketika stok masih banyak, para penerbit memberikan diskon yang lumayan. Untuk penerbit di dalam Kairo, Arka memilih untuk mendatangi langsung ke toko daripada membeli di pameran. Harganya cenderung sama dan bisa dibeli setelah pameran usai.

Kairo Ketika TertidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang