4. Kesadaran di Atas Putaran Roda

666 146 20
                                    

Gumu'ah Mubarak.

Di hari yang mulia ini, jangan lupa untuk memperbanyak salawat kepada Rasulullah Saw. Semoga kita mendapat banyak limpahan rahmat dan berkah.

Mari kita lanjutkan ceritanya.

.

.

.

[Kairo, 16 Januari 2016]

Langit sudah berwarna jingga kemerah-merahan saat Arka terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sedikit pening. Teh yang dibuat oleh Faiz sudah tidak lagi hangat, dia minum hingga tandas. Arka kemudian mengecek jam di layar ponsel. Sudah jam setengah lima. Setengah jam menuju waktu maghrib.

Arka memaksakan dirinya untuk bangun dan menyeret kakinya ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah itu dia menunaikan salat di kamar.

Selepas salam, Arka terpekur di atas sajadah, memikirkan apa yang dia alami tadi siang. Dia segera mengambil tasbih dan menggulirkannya setiap kali mengucap istighfar hingga maghrib datang.

Seusai melaksanakan salat maghrib, Arka memutuskan untuk memakai jaket tebal dan memakai sepatu biru miliknya yang terlihat kotor. Dia lupa kapan terakhir mencuci sepatu tersebut. Setelah berpakaian rapi dan menaruh al-Qur'an kecil ke saku jaket, Arka berjalan menuju pintu belakang asrama. Dia lalu berdiri di halte terdekat seraya menunggu bis yang datang.

Ada dua ritual yang Arka lakukan ketika sedang rapuh seperti ini. Pertama, dia akan duduk dari pagi hingga malam di Masjid Imam Husein. Sedangkan yang kedua, Arka akan naik sembarangan bis, mengikuti jalurnya dari ujung ke ujung.

Hari ini Arka berencana untuk menaiki bis berwarna biru yang memiliki tarif 2 Le untuk sekali perjalanan. Berbeda dengan yang sering Arka naiki ketika ingin pergi ke Darrasah yang berwarna merah. Bis tersebut lebih murah karena jarak yang ditempuh tidak sejauh bis berwarna biru.

Secara umum, bis-bis di Mesir dibagi menjadi 3 jenis. Yang pertama bis besar yang biasanya berwarna merah dan biru. Jenis yang kedua adalah bis yang berukuran sedang dan memiliki warna yang beragam. Dan yang terakhir adalah mikrobis atau yang acapkali disebut tremco.

Ada juga kendaraan seperti bajaj yang disebut tuk-tuk, tapi kendaraan ini tidak dipakai secara luas dan hanya dipakai untuk menyusuri jalan-jalan kecil atau jarak pendek.

Penomoran bis di sana cukup unik. Arka yang sudah beberapa tahun di sana masih belum bisa benar-benar memahami. Ada nomor bis yang menggunakan huruf jim hijaiyyah di belakang angka seperti bis dengan nomor 24 ج, lalu ada juga nomor yang dicoret seperti bis 80 coret. Di samping itu, ada juga bis yang mempunyai nomor normal yang entah kenapa bisa mencapai angka seribu.

Seperti bis yang dinaiki oleh Arka hari ini. Bis biru dengan nomor 1126. Bis ini memiliki rute yang panjang dan melewati berbagai macam tempat yang menarik seperti pusat pemerintahan, perbelanjaan dan pemukiman.

Bis tersebut dua pintu masuk. Satu di bagian depan dan satu di bagian belakang. Untuk laki-laki, biasanya mereka masuk dari pintu belakang karena bagian depan seringkali penuh oleh ibu-ibu dan anak perempuan.

Arka masuk dari pintu bagian belakang. Dia harus berdiri karena kursi sudah penuh, berdesak-desakan dengan penumpang lainnya. Bis memang selalu ramai ketika waktu pulang kerja karena kendaraan umum masih menjadi moda utama orang-orang Mesir. Hanya beberapa dari mereka yang memiliki mobil dan hanya segelintir kecil yang memiliki motor. Bahkan Arka jarang sekali melihat motor melintas di jalanan. Berbeda jauh dengan di Jakarta di mana motor sudah seperti barang primer.

Roda bis mulai bergerak menuju kawasan Duweah yang merupakan areal kuburan yang cukup luas. Bau debu cukup pekat karena pasir yang bertebaran. Suasana ramai membuat bis cukup panas walau dinginnya angin sedikit memberikan hiburan.

Kairo Ketika TertidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang