25. Ketakutan akan Masa Depan

200 65 4
                                    

Hai...

Maafkan keterlambatan saya karena ada beberapa urusan mendesak yang perlu saya selesaikan.

Terima kasih atas pengertiannya, semoga urusan kita selalu mendapatkan banyak kemudahan.

Selamat menikmati ceritanya.

***

 [Kairo, 24 Februari 2017]

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidaklah mudah, terlebih jika materi yang dipelajari sangat rumit dan membutuhkan banyak-banyak pengulangan. Setiap tiga kali seminggu Arka dan Faiz belajar bersama dengan bimbingan Solihin. Kegiatan tersebut sudah berjalan hampir satu tahun. Kitab-kitab yang awalnya mudah dimengerti, kini sudah berubah. Arka dan Faiz kadang harus meminta Solihin untuk mengulang beberapa pembahasan karena sulit untuk dicerna.

Meskipun demikian, Arka dan Faiz pada dasarnya adalah tipikal orang yang tidak mudah menyerah dan saling mendukung satu sama lain. Tidak ada satu pun dari keduanya yang senang untuk berjalan sendiri dan meninggalkan temannya di belakang. Mereka bergantian memberikan penjelasan tambahan dari referensi lain agar materi yang telah mereka pelajari semakin kokoh dalam ingatan mereka.

Solihin sendiri menambahkan satu waktu tambahan dari tiga waktu belajar Arka dan Faiz di hari jum'at. Solihin menyebutnya 'Dars al-Rohah' atau 'pelajaran rehat' yang artinya pelajaran di hari itu adalah pelajaran yang ringan dan tidak terlalu berat namun berisi banyak sekali hikmah di dalamnya. Hal tersebut Solihin lakukan untuk mengangkat beratnya materi yang sedang mereka pelajari di hari lainnya.

Bagi Arka, 'pelajaran rehat' yang Solihin adakan mengingatkannya pada momen yang sama saat belajar bersama Syeikh Mustofa.

'Pelajaran rehat' biasanya dimulai dengan menanyakan kabar dan masalah yang sedang atau akan dihadapi. Kemudian biasanya sang guru akan memberikan jawaban atau cerita-cerita yang berkaitan dengannya.

Sama seperti hari ini, Baik Arka dan Faiz sedang merasa khawatir terkait masa depan mereka. Saat ini mereka tengah berada di semester kedua dari tahun terakhir mereka di perkuliahan S1 di Al-Azhar. Mereka sedang memepertimbangkan langkah yang harus mereka ambil.

"Jadi apa yang paling kalian khawatirkan?" Solihin hanya tersenyum tipis saat mendengar curahan hati Arka dan Faiz.

"Untukku, aku tidak yakin kalau kemampuanku bisa membuatku menyelesaikan program S2 di sini. Namun hatiku lebih condong untuk meneruskan studiku di Mesir dibanding tempat yang lain." Faiz yang pertama kali menjawab.

"Begitu." Solihin mengangguk-anggukkan kepala. Baik Arka maupun Faiz bersiap, menanti petuah yang akan Solihin berikan.

"Jadi bagaimana, Syeikh Solihin?" Faiz bertanya setelah Solihin terdiam agak lama.

"Sebenarnya yang terbaik, yang perlu kalian lakukan saat ini adalah memfokuskan diri terlebih dahulu untuk menyelesaikan studi kalian di S1 sebaik mungkin."

"Maksudnya?" Arka bertanya.

"Seperti kalau kamu sedang salat. Konsentrasilah di dalam salatmu. Tidak perlu kamu memikirkan berbagai kesibukan yang lain. Atau ketika kamu sedang bekerja, tidak perlu memikirkan perkara rumah. Atau saat kamu sedang bersama keluargamu, tidak usah kamu memikirkan ujian yang akan kamu hadapi. Orang yang beruntung dan sukses adalah mereka yang berkonsentrasi pada posisinya atau pada tempatnya dan melupakan apa saja selain hal tersebut.

Kalian sebaiknya seperti itu dalam semua keadaanmu. Berkonsentrasi pada kegiatan atau ibadah yang sedang kamu kerjakan dan tidak memikirkan keadaanmu dalam kegiatan atau ibadah lainnya.

Maka kita sering mendengar istilah 'anak waktu'. Yang berarti kita perlu fokus pada hal-hal yang sedang kita hadapi. Sayangnya hari ini kita hidup pada masa di mana hal yang membuyarkan konsentrasi begitu mudah untuk ditemukan."

Kairo Ketika TertidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang