Hai,
Terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini.
Beberapa hari ini saya ada kesibukan sehingga belum sempat balas komentar kalian. Terima kasih sudah berkenan mencari beberapa typo dan salah nama. Saya akan berusaha memperbaikinya untuk chapter yang akan datang.
Selamat menikmati kelanjutan ceritanya.
***
[Jakarta, 30 September 2016]
Waktu untuk kembali telah tiba.
Arka melihat kepulangannya kali ini dimanfaatkan dengan baik. Setelah mengurus segala administrasi terkait pemakaman sang bapak, dia juga membantu ibunya menemukan pemasok baju dan kain yang cocok lewat bantuan kenalannya di Kairo. Selain itu Arka juga membantu membuat laporan keuangan yang mudah dan memilih beberapa karyawan yang bisa dipercaya.
Nala sudah sibuk dengan perkuliahannya. Sesekali dia memberi kabar kalau dia berhasil lolos dari rangkaian seleksi untuk menerima beasiswa kuliah. Nala mengatakan kalau tinggal beberapa tahap lagi sebelum dia resmi terpilih menjadi penerima beasiswa tersebut. Dia cukup yakin dengan peluang dirinya. Arka hanya bisa mendoakan dari jauh.
Di bandara, Arka menunggu waktu check in seorang diri. Ibunya sebenarnya ingin ikut mengantar. Tapi karena berbagai kesibukan di toko dan tidak ada yang mengantar, Arka membujuk beliau untuk mengizinkannya naik bis saja. Untungnya sang ibu memahami dan mengantar sampai depan pintu rumah saja.
Dua buah koper di kanan kirinya sudah penuh dengan oleh-oleh. Ibunya sudah memasak kentang kering dalam jumlah besar, yang sepertinya cukup untuk stok selama satu atau dua bulan. Belum lagi budenya yang mengirim tempe kering, yang membuat koper Arka semakin sesak.
Sembari menunggu waktu berlalu, Arka menggulirkan tasbih di tangannya seraya melihat keadaan. Suasana bandara tidak ramai. Berhubung keberangakatan Arka dijadwalkan dini hari, tidak terlalu banyak aktivitas yang terlihat. Hanya ada segelintir orang yang juga menunggu bersama Arka.
Arka sendiri cukup heran tidak melihat mahasiswa lain di sana. Biasanya tanggal-tanggal seperti ini, gelombang perpulangan ke Mesir sedang mencapai puncaknya. Kesendirian itu sebenarnya dia syukuri karena tidak ada kebisingan di sekitarnya.
Jam setengah sebelas malam, tempat check in dibuka. Arka dengan cepat mendorong troli barang miliknya, takut antrian mengular. Untungnya barang miliknya tidak melebihi kapasitas yang disediakan sehingga proses berjalan lancar dan cepat. Petugas di tempat check in memberikan dua tiket untuknya. Satu untuk penerbangan dari Jakarta ke Abu dhabi dan sisanya dari Abu Dhabi ke Jakarta.
Arka berjalan ke arah bagian penerbangan internasional, mengurus keberangkatan di bagian imigrasi, dan duduk tenang di ruang tunggu, menanti pesawat yang membawanya kembali ke Kairo.
Tidak ada kejadian yang istimewa seperti yang terjadi di film-film. Semua orang dengan tenang, mengurus urusan mereka masing-masing. Arka sendiri menghabiskan waktu dengan membaca rangkaian proses yang harus dia lalui untuk bekerja sebagai penyiar radio.
Senior yang menawarkan pekerjaan itu berjanji untuk mempermudah Arka mendapatkan kesempatan tersebut. Dia hanya meminta Arka mempersiapkan beberapa teks dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia untuk menguji kemampuan berbahasanya. Senior tadi juga berpesan untuk melatih diri melakukan terjemah langsung. Arka sudah menyempatkan diri untuk berlatih akhir-akhir ini.
Setelah beberapa kali melakukan pelatihan secara daring, senior tadi tampak cukup puas dengan penampilan Arka. Sampai-sampai beliau bercerita tentang lingkungan kerja dan gaji yang akan dia dapatkan. Mendengar itu saja sudah membuat Arka senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kairo Ketika Tertidur
EspiritualKetika Arka tengah bersimpuh lemah di sudut Masjid Imam Husein, seorang kakek tak dikenal menghampirinya dan menyampaikan nasihat penuh isyarat padanya. "Ketahuilah bahwa jalan keluar dari segala permasalahanmu ada di mana-mana. Obrolan dari seseora...