Hai semuanya.
Semoga kalian sehat selalu dan baik-baik saja.
Terima kasih atas support-nya selama ini.
Selamat menikmati ceritanya.
***
[Kairo, 4 Desember 2016]
Semenjak mengalami mimpi yang luar biasa, Fana mendapatkan kembali fokusnya. Porsi menghafal dia tingkatkan, diimbangi dengan pengulangan yang istikamah. Dengan kedua hal tersebut, hafalan Fana meningkat drastis dan lebih kuat dari sebelumnya.
Ustadzah Tasnim juga sudah tidak lagi mendiamkan Fana. Beliau justru mendorong Fana dengan menambah durasi setoran sehingga Fana bisa menyetorkan kembali hafalan-hafalan lamanya. Ditambah lagi Ustadzah Tasnim juga memberikan satu atau dua tafsiran dari ayat yang Fana baca.
"Hari ini, hafalan kamu sangat baik. Pertahankan!" Demikian nasihat Ustadzah Tasnim, setelah menyimak setoran hafalan Fana. "Kalau hafalan kamu seperti ini terus, kamu tidak akan mengalami kesulitan saat mengulangi."
Fana menganggukkan kepalanya.
"Silahkan kembali dan persiapkan hafalan untuk pertemuan berikutnya."
Begitulah Fana mengakhiri setoran hafalannya siang itu. Namun tidak seperti hari-hari biasa, di mana Fana langsung pulang selepas menyetorkan hafalan, hari ini dia hendak mengikuti ujian sepuluh juz dalam sekali duduk di salah satu lembaga tahfidz bernama Darul Falah yang didirikan oleh seorang senior dari Bantul, yang telah menyelesaikan hafalan al-Qur'an beserta qiraatnya. Fana berkesempatan mengikuti ujian tersebut berkat Maesaroh yang sudah dua tahun menyetorkan hafalan al-Qur'an di sana.
"Mae, aku sedang dalam perjalanan ke sana." Fana mengabari Maesaroh ketika sedang menunggu bis. Jarak antara tempat hafalannya dengan lembaga tahfidz tadi sekitar dua puluh menit perjalanan menggunakan bis.
"Ditunggu, Kak Fana. Kita di sini sudah siap Insya Allah." Maesaroh mengabari.
"Ustadz Nur sudah datang?" Fana menanyakan pembimbing sekaligus pendiri lembaga tahfidz tersebut.
"Beliau sudah siap, namun baru dipanggil ketika acara akan dimulai."
"Baiklah. Bis aku sudah datang. Sampai jumpa."
Fana segera memberhentikan bis yang berjalan mendekatinya. Kemudian dia naik, membayar ongkos dan duduk dengan tenang. Sesekali Fana bergumam pelan, membuat sedikit ujian untuk dirinya sendiri dengan melanjutkan ayat-ayat yang diulang atau mirip.
Setengah jam berikutnya menjadi waktu yang dibutuhkan Fana untuk sampai ke ruang menghafal Darul Falah yang berada di kawasan Hay Asyir. Dia duduk bersila di bagian depan. Beberapa orang duduk berhadapan dengannya untuk mendengarkan. Tidak lama setelah itu, Ustadz Nur datang dan duduk di dekat Fana.
"Sudah siap?" tanya Ustadz Nur dengan tenang. Pembawaan beliau yang teduh membuat Fana sedikit rileks.
"Insya Allah."
"Silahkan dimulai."
Fana menarik napas dalam-dalam, mengucapkan basmalah, kemudian mulai melantunkan surat al-Fatihah dan awal surat al-Baqarah. Dengan suara yang jelas dan tidak tergesa-gesa, ayat demi ayat dilantunkan dengan indah. Tidak ada kesalahan baik dalam hafalan maupun panjang pendek bacaan. Semuanya tepat dengan porsinya masing-masing. Para pendengar menyimak dengan syahdu. Bacaan yang baik membawa mereka dalam suasana penuh keindahan.
Fana sendiri telah mempersiapkan dirinya sejak dua minggu lalu untuk ujian tersebut. Teman-teman rumahnya menyimak dia membacakan sepuluh juz sekali duduk setiap jum'at. Awalnya memang banyak ditemukan kesalahan-kesalahan minor. Namun Fana mencatat tempat-tempat kesalahan itu terjadi sehingga ketika hari ujian semakin mendekat, dia sudah memperbaiki semua kesalahan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kairo Ketika Tertidur
SpiritüelKetika Arka tengah bersimpuh lemah di sudut Masjid Imam Husein, seorang kakek tak dikenal menghampirinya dan menyampaikan nasihat penuh isyarat padanya. "Ketahuilah bahwa jalan keluar dari segala permasalahanmu ada di mana-mana. Obrolan dari seseora...