13. Kemajuan di Balik Kegagalan

269 82 5
                                    

Selamat membaca..!

***

[Kairo, 25 Maret 2016]

"Giliran selanjutnya," Seorang guru perempuan Mesir yang sedang duduk di sofa, memanggil murid yang termenung di depannya. "Kenapa kamu diam saja? Cepat kemari!"

Murid di depannya segera tersadar dari lamunan. Dengan tertatih-tatih, dia datang menghampiri. Tangan kanannya memegang al-Qur'an kecil dan sebuah pena. "Baik, Ustadzah Tasnim. Maafkan saya."

Ustadzah Tasnim hanya memandang lekat ke muridnya tersebut. "Cepatlah, Fana!"

"Baik."

Murid tersebut segera duduk di hadapannya, memberikan buku putih kecil yang dipakai untuk mencatat setoran hafalan. Buku itu diberikan pihak penyelenggara hafalan ketika seseorang murid mendaftarkan dirinya, agar mempermudah memantau kuantitas serta kualitas hafalan yang disetorkan.

"Fana Azzahra." Ustadzah Tasnim menyebutkan nama yang tertera di muka buku. "Dari Indonesia."

Fana, yang namanya disebut, hanya menanggukkan kepala.

"Silahkan dimulai hafalannya."

Fana menaruh al-Qur'an miliknya di atas meja. Dia mengepalkan kedua tangan, menaruhnya di atas rok hitam yang dia kenakan. Selepas menarik napas panjang agar rileks, Fana memulai setoran hafalannya.

Suasana di dalam ruangan cukup lenggang. Hanya ada tiga orang di dalam. Sisa dari mereka yang hendak menyetorkan hafalan, menunggu di luar. Ruangan tersebut hanya memiliki satu sofa untuk sang guru dan dua kursi untuk penyetor dan satu orang yang menunggu giliran selanjutnya.

Ayat-ayat awal dari Surat Thaha dilantunkan. Sudah sejak tahun kedua di Mesir, Fana menyetorkan hafalan di sana. Tiga hari dalam seminggu, dengan kewajiban menyetor dua halaman setiap gilirannya. Sekarang Fana sudah berada di juz pertengahan.

Ustadzah Tasnim mengangguk-anggukan kepala, menikmati suara Fana yang jernih dan indah. Dia membaca dengan pelan, memperhatikan dengan baik panjang pendeknya.

Hanya saja, ketika mencapai bagian tengah-tengah halaman, Fana agak sedikit tersendat.

"Salah. Ulangi!" Sang guru menemukan kesalahan pertama dari muridnya.

Fana terdiam. Ayat-ayat yang melekat di kepalanya menjadi buyar dengan pemotongan tiba-tiba dari gurunya. Dia tidak bisa mengulangi.

"Ulangi dari pertama." Ustadzah Tasnim meminta Fana untuk mengulang dari awal, karena Fana membisu cukup lama.

Fana mengulangi lagi hafalannya dari awal. Ketika sampai di ayat yang salah, Fana berhasil melewatinya dengan lancar.

Namun, ketika Fana hendak sampai di akhir halaman, lagi-lagi Ustadzah Tasnim memotong.

"Salah. Ulangi!"

Fana kembali tergagap dan kembali gagal mengulanginya.

"Ulang dari awal!" Perintah Ustadzah Tasnim. Wajah beliau sedikit menampakkan raut marah, nada beliau sudah mulai meninggi.

Fana dengan hati-hati mengulangi ayat yang dia baca. Sayangnya, belum sampai tempat pertama saat Fana salah, Ustadzah Tasnim melempar buku putih ke arah Fana.

"Sudah. Kamu tidak fokus hari ini." Ustadzah Tasnim berkata dengan tegas. "Kamu ulangi ayat ini besok."

Wajah Fana tertunduk. Dia merasa bersalah karena hafalannya bermasalah.

"Silahkan pulang." Ustadzah Tasnim menoleh kepada murid yang sedang menunggu. "Kamu, kemari!"

Murid tadi memandang Fana dengan wajah bersalah. Fana menggelengkan kepala, menyampaikan pesan kalau itu bukan salahnya.

Kairo Ketika TertidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang