Gumu'ah Mubarak.
Di hari yang penuh berkah ini jangan lupa untuk memperbanyak salawat kepada nabi Muhammad Saw.
Selamat membaca dan menikmati.
***
[Kairo, 17 September 2016]
Ada beragam cara yang ditempuh oleh seseorang untuk menghapus kesedihan, mengangkat beban yang membebani hatinya. Sebagian memilih untuk berlibur sejenak, mengunjungi tempat wisata untuk meredakan tekanan. Sebagian yang lain menghabiskan uang mereka dengan berbelanja atau memakan makanan kesukaan. Dan selain kedua cara tersebut, masih ada ratusan bahkan ribuan cara lainnya.
Bagi beberapa orang, memperbanyak zikir dan membaca al-Qur'an merupakan langkah yang mereka pilih untuk kembali seperti sedia kala. Bahkan mereka percaya kalau bacaan atau ayat yang mereka baca akan mempermudah mereka menemukan jalan keluar dari permasalahan mereka.
Di sudut Masjid Imam Husein untuk perempuan, ada seseorang yang sedang duduk dengan tenang. Sejak dua jam yang lalu, dia tidak berhenti membaca al-Qur'an yang dia pegang. Halaman demi halaman terlewati hingga tidak terasa beberapa juz telah rampung dia baca.
Suasana masjid begitu lenggang. Hanya ada suara yang keluar dari alat pembersih debu yang menyala, pertanda beberapa petugas sedang sibuk membersihkan karpet masjid. Sebagian peziarah silih berganti datang, kemudian pergi tidak lama kemudian. Hanya ada kurang dari sepuluh orang yang berdiam diri di bagian khusus perempuan.
Bacaan perempuan tadi tidak berhenti hingga salat zuhur didirikan. Setelahnya, masjid menjadi lebih hidup, ada lebih banyak orang yang tinggal, membuat kondisi masjid lebih ramai. Ada suara pengajian yang diadakan di bagian laki-laki, diteruskan ke bagian perempuan lewat pengeras suara.
Perempuan yang sedari tadi membaca al-Qur'an, memutuskan kembali ke rumah. Sebelum itu, dia memutuskan untuk berziarah sebentar ke beberapa makam ulama yang ada di dekat Masjid Imam Husein. Dengan cepat perempuan itu memasukkan al-Qur'an ke dalam tas dan berlalu dari tempat dia duduk.
Melewati lorong kecil, perempuan itu bergerak dengan perlahan dan hati-hati. Di tengah perjalanan, seorang perempuan kecil menghentikan langkahnya. Dia menawarkan sebungkus tisu kepadanya. Perempuan tersebut mengeluarkan uang lima Le untuk diberikan kepada anak itu, diniatkan sebagai perantara dari penghilang kesedihannya.
Anak perempuan itu menerima uang itu dengan senang hati. Dia meremas uang itu dengan keras, takut akan kehilangan. Wajahnya yang penuh dengan debu menerbitkan senyuman hingga giginya yang tidak rata terlihat.
"Terima kasih." Anak perempuan itu mengucapkannya dengan sungguh-sungguh.
Perempuan itu hanya mengangguk singkat.
"Siapa namamu?" tanya anak itu dengan penasaran.
"Azzahra."
"Zahra?" perempuan kecil itu memastikan. "Seperti bunga?"
Azzahra dalam Bahasa Arab memang berarti demikian. Jadi tidak ada penyangkalan atas pertanyaan tadi.
"Kamu cantik dan baik. Tidak salah kamu dinamai dengan bunga yang juga demikian."
Kata-kata perempuan kecil itu cukup mengagetkan karena tidak banyak anak-anak yang sepintar dia.
"Nama lengkapmu siapa?" tanya perempuan kecil sekali lagi.
"Kamu mau tahu?"
Anak kecil itu mengangguk kencang berulang kali. Seakan jawaban dari pertanyaan itu merupakan hal yang dia tunggu sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kairo Ketika Tertidur
SpiritualKetika Arka tengah bersimpuh lemah di sudut Masjid Imam Husein, seorang kakek tak dikenal menghampirinya dan menyampaikan nasihat penuh isyarat padanya. "Ketahuilah bahwa jalan keluar dari segala permasalahanmu ada di mana-mana. Obrolan dari seseora...