Tamu Kepagian

1.1K 217 29
                                    

Deru mesin motor yang diadu malam ini tak semenarik biasanya, karena tak ada Sean yang biasanya melawan Sandro si ketua geng motor yang terbentuk di kalangan mahasiswa itu.

"Si Sean kemana, sih? Sekarang dia jarang ikut balapan. Nggak seru kalo nggak ada dia," tukas seorang pemuda berjaket kulit warna hitam yang tengah duduk di jok motornya. "Lo nggak bisa bawa dia kemari?" tanyanya pada Sandro yang juga duduk di motornya sendiri.

"Dia udah nggak mau jadi kacung gue lagi. Ancaman gue udah nggak mempan."

"Terus lo diam aja, gitu?" tanya pemuda lain yang juga ada di sana.

Mereka tengah berada di pinggir jalan dan hanya jadi penonton bagi teman mereka yang beradu kecepatan di jalan raya secara ilegal itu. "Gue bukan diam, hanya sedikit memberinya kesempatan bernafas sejenak. Hingga dia sendiri yang akan datang sendiri ke jalanan lagi. Kalian lihat saja nanti. Gue cabut dulu!"

Tak sampai dalam hitungan menit, Sandro sudah melesat jauh dengan motor sport-nya.

"Emang Sandro ngancam Sean? Kapan?" tanya pemuda berjaket kulit.

"Gue juga nggak tahu, tapi emang bener sih, kata Sandro. Dulu Sean nurut gitu sama dia, bahkan mau-mau saja dideketin sama Tania yang sepupunya itu. Tapi sekarang, gue lihat Sean menghindar tiap kali Tania mau ngedeketin dia."

"Maksud lo, Tania suka sama Sean?"

"Semenjak cewek itu pindah ke kota ini gue rasa."

Dan pemuda berjaket kulit itu hanya mengangguk paham dengan penjelasan temannya itu.

***
Hari ini adalah hari terakhir masa orientasi mahasiswa baru yang mesti Sia jalani. Dan gadis itu menyemangati dirinya sendiri karena hal itu. Bangun pagi seperti biasanya, dan kamarnya yang bernuansa ungu itu dia penuhi dengan lantunan shalawat dari mulutnya. Dengan tangannya yang sembari memasang peniti untuk mengaitkan kerudungnya.

Hingga tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk, entah oleh siapa?

"Tunggu bentar!" Kedua kakinya dia ayun setelah memastikan posisinya sudah benar lewat pantulan kaca di kamar itu.

Pintu terbuka dan ...

"Kak Sia!!!" Sukma menghambur memeluk Sia dengan cerianya. Sedangkan Sia, mematung sambil mencerna cerita di balik kedatangan Sukma pagi ini di kamar kosnya. "Kak Sia, bagaimana bisa sembunyi dengan cara begini tapi nggak ngajakin Sukma. Keren tahu jadi anak kos!"

Sia mengerutkan kening karena merasa heran dengan gadis yang tengah memeluknya ini.

"Sukma! Lepas dulu!"

Sukma menurut dan wajahnya berubah cemberut karena Sia menatapnya tak ramah.

"Bagaimana Sukma bisa sampai sini? Sama siapa? Bukannya Sukma harus sekolah?" Sia bersedekap dan nampak menunggi jawaban gadis yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya itu. "Sukma Satria, jawab Kak Sia!"

Gadis itu awalnya mengira, jika dia datang menyambangi ke kos itu, Sia akan senang dan mungkin saja terharu. Tapi, kenapa galak?

"Kak Sia galak, ih!" Sukma berjalan lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuk di kamar itu. "Bau Bunda Mayang!" serunya.

"Kak Sia nggak galak, tapi cukup terkejut! Darimana Sukma tahu kalo Kak Sia tinggal di sini? Jangan-jangan yang lain juga sudah tahu!" Sia berwajah panik lalu membalik tubuh Sukma yang tengkurap di kasurnya. "Kak Sean, tahu juga?!"

"Oh, jadi muka paniknya karena Kak Sean?" Sukma terkekeh. "Kak Sia ngumpet dari dia ternyata. Masih aman, dia belum tahu. Tapi, Sukma jadi semangat buat ngasih tahu dia bentar lagi!"

Romantic Rhapsody  ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang