Dua pemuda berdiri berhadapan dengan mata nyalang. Sean menghubungi Sandro untuk beradu kecepatan motor sport mereka di jalanan malam ini. Namun, malam ini tak seriuh biasanya. Sandro sendirian tanpa anggota geng motornya, tapi justru Sean membawa adik-adiknya yang masih di bawah umur ditambah sopir setia si anak sultan, Bima Andika Tama. Yang kebetulan ayahnya sedang di luar kota.
Amanlah. Pikir anak-anak yang tak punya kesempatan nakal itu.
Jadi, betapa riangnya mereka saat tahu akan menyaksikan balap liar malam ini.
"Lo takut? Sampai mereka lo suruh nemenin?" Sandro bicara khas nada mengejek yang sudah sering Sean dengar.
Sean tersenyum sarkas.
"Mereka justru lagi jagain lo, kalo-kalo saja gue ngehajar lo tanpa ampun di sini. Lo harus menang lawan gue, jika tak ingin mendengar sesuatu yang lo nggak suka. Tapi jika gue menang, lo harus lakuin satu hal yang gue minta."
"Setuju! Mimpi aja lo!" Sean menepuk dada Sean tanda dia nggak takut pada ancaman Sean.
"Belagu lo, Kak!" Rangga tak tahan untuk tak ikut campur. Menurutnya wajah Sandro sedang mode tamparable saat ini.
Jordy tak juga bisa berdiam diri, maka dia pun ikut bicara. "Jangan sombong, Kak. Ingat, di atas ketoprak masih ada kerupuk!"
"Jorrr ... Kok ngomongin ketoprak, sih? Mau balapan juga! Bikin laper." Satu-satunya anak gadis yang turut serta memprotes kalimat perumpamaan yang Jordy lontarkan. Tangannya tak dilepas sama sekali oleh saudara kembarnya. Barangkali Raga takut jika Sukma akan lupa diri dan berlarian di jalan.
"Maksud Kak Jordy itu, di atas langit masih ada langit, Kak Sukma." Al turut bersuara. Sama halnya dengan Sukma yang digenggam erat oleh Raga. Anak SMP itu sedang dirangkul oleh Bima.
"Gitu ya, Sa?" Sukma bertanya pada Arsa.
"Iya. Udah, pada diem dulu. Kapan balapannya? Keburu ada polisi patroli, kita nggak jadi lihat Kak Sean balapan tapi malah masuk sel karena ikutan nonton. Sukma, berdoa supaya nggak ada polisi patroli yang lewat sini."
Manjurnya perintah Arsa, mulut mereka terdiam seketika, terkecuali mulut Sukma yang komat kamit merapal doa dengan mata terpejam. Adu kecepatan akan segera di mulai.
Pak Rustam, si sopir setia bertindak sebagai pengganti gadis cantik yang biasa melempar kain di garis start.
"Kedua Aden, udah siap?" tanya pria tua yang sudah bertahun-tahun menyetiri anak serta cucu Albert itu.
Sean dan Sandro sudah lengkap dengan helm fullface yang bertengger di kepala masing-masing, mengacungkan jempol tanda kesiapan mereka.
"One ... Two ... Three ... Go!" Rustam melempar sapu tangannya ke atas dan detik itu juga roda kedua kendaraan itu melesat ke sirkuit.
Hanya satu putaran saja mengitari jalanan sepi itu untuk menentukan pemenangnya.
"Siapa ya, yang bakal menang?" tanya Al.
"Sekali-kali pengen nyoba juga! Tapi di mana dan motor siapa?" Wajah Jordy dengan keputus asaannya. "Kemana-mana aja kita diantar sama Pak Rustam."
"Belum punya SIM, mana boleh?" tegur Sukma.
"Punya SIM pun, tetap nggak boleh Sukma, balapan liar kayak gini." Jordy menjawab dengan dramatisnya.
"Kak Bim, minta motor sama Opa pas ultah nanti. Pasti dikasih." Al memberi ide.
"Nggak bakal!!" jawab serentak dari Bima, Rangga, dan Arsa.
"Duh ... Yang lahirnya barengan, kompak banget sih jawabnya. Biar Sukma, bantu ngomong ke Opa. Biar kalian bisa balapan sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Rhapsody ✔ TERBIT
RomansaSquel Mayang Senja Memiliki keluarga yang kaya raya sungguh membuatnya menjalani hidup nyaris sempurna. Hidupnya bak tak pernah ada kerikil sejak dia lahir hingga berstatus maba di sebuah kampus ternama. Hingga suatu pagi, putri sulung Mayang Senja...