Dunia Luar

1.2K 236 57
                                    

Hari ini adalah puncak dari segala rasa yang dinamai 'lelah' akibat serangkaian pengenalan kampus yang dijalani Sia selama lima hari terakhir. Tak seperti hari-hari sebelumnya, kegiatan ospek yang biasanya duduk di aula ber-AC, hari ini mahasiswa baru itu berkegiatan di luar ruangan. Dari mulai senam dan sekarang bazar.

"Hari ini benar-benar hot!" kata Delia sambil mengibasi wajahnya yang berkeringat dengan potongan kardus bekas air mineral. "Dua gelas es udah gue pindahin, ke perut. Tapi rasanya tenggorokan gue masih saja kering. Neraka lagi bocor kali, ya?"

Sia sedari tadi juga berpikir demikian namun tak terlontar apapun dari mulutnya, hari ini memang lebih panas. Itu benar. Dan stan bazar yang dia jaga bersama kelompoknya tak begitu laku dibanding stan sebelah yang menjual es dalgona yang kekinian itu. Alhasil dia hanya menunggu peminat makanan kiloan di stan-nya sambil menikmati teriknya mentari siang ini sampai bosan.

"Kalo neraka bocor, setetes apinya saja udah bisa menghanguskan bumi dan seluruh isinya, Del. Panas ya panas, itu berarti suhu matahari emang lagi segitu. Jangan ngeluh, malu sama malaikat samping kanan dan kiri lo." Sia beranjak dari duduknya dan berniat untuk ke kamar kecil sebentar. "Gue ke toilet bentar, ya?" katanya pada Delia dan kedua temannya yang menjaga stan bersamanya.

"Hai, adik tingkat!" sapa satu dari segerombolan mahasiswa yang datang ke stan Sia sebelum gadis itu beranjak dari sana. "Lo yang namanya Maryam?" Mahasiswa itu menyebut sambil membaca tulisan yang tersemat di kerudung Sia di bagian dada kanannya.

"Iya, Kak. Kakak mau beli keripik?" Sia menunjuk snack yang dijajakan kelompoknya.

"Gue lebih tertarik sama lo daripada keripik. Kenalan, yuk!" kata pemuda berkaos hitam perpadu celana jeans warna senada itu sambil tersenyum.

Sia mengernyit, membaca situasi baru memutuskan sesuatu. "Kan, Kakak udah tahu nama saya, Kak. Emang perlu kenalan lagi?"

Oh, ayolah. Gue mau ke toilet ini. Nggak lucu kalo pipis di sini.

"Cuma baca, belum jabat tangan. Bukankah begitu, kenalan resminya?" pemuda itu mendekat, dan diikuti dua temannya yang lain.

Sia tersenyum kikuk lalu menangkupkan dua tangannya di dada. "Saya Maryam, Kak. Kakak siapa?"

Pemuda itu tak merasa aneh dengan sikap Sia, justru dia terkekeh dan temannya pun demikian.

"Cewek sholehah rupanya. Jadi ini orangnya?" Seorang wanita yang wajahnya masih Sia ingat, sebagai Tania, tiba-tiba muncul dengan Sandro. "Beneran, Bang? Ini yang Abang maksud adiknya Sean?"

Sandro tersenyum lalu mendekat dan kemudian menepuk bahu pemuda yang mengajak Sia kenalan tadi. Seolah menyuruh ketiga temannya itu untuk menyingkir.

"Hai, Sia. Lo, masih ingat gue, 'kan?" tanya Sandro ramah.

Sia tak lupa, cuma ingin memastikan saja. Benarkah ini Sandro yang Sia tahu, dulu adalah tetangga Sean?

"Tetangga Kak Sean?" Sedikit ragu, tapi ternyata benar karena Sandro mengangguk.

"Iya, tapi itu dulu." Sandro mengambil beberapa makanan ringan itu lalu memasukkannya ke dalam keranjang dengan cara melemparnya. Hingga ketiga rekan Sia menunjukkan wajah yang sedikit keberatan akan hal itu. "Tenang, nanti gue bayar." Sandro berkata pada ketiga mahasiswi yang dia tatap tajam. Pemuda itu tak seramah seperti sikapnya pada Sia.

"Oh, Kak Sandro mau jajan. Sama teman Sia aja ya, Kak. Sia mau ke toilet." Sia melangkah usai mengatakan itu, tapi Tania menghadang jalannya.

"Gue yang ada perlu sama lo!" Tatapan nyalang Sia terima dari wanita cantik yang berprofesi sebagai model itu. Tania berwajah khas keturunan blasteran, dan rambutnya lurus panjang berwarna kecoklatan. "Gue mau kenal lo lebih banyak, karena malam itu kita pernah ketemu di rumah besar itu tapi tak sempat kenalan."

Romantic Rhapsody  ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang