Siapa lo sebenarnya?

1.1K 233 31
                                    

"Jangan sering memikirkan pria yang belum halal buat Sia, meskipun itu Kak Sean yang sudah seperti seorang kakak buat kamu. Setan sedang berperan di sana. Sia suka Kak Sean, bunda tahu itu. Sekarang bunda tanya, Sia ingin nikah sekarang?"

Sia menggeleng. "Mau jadi seseorang dulu, Bunda."

"Kalo itu mau kamu, Sia bisa janji buat jaga diri Sia sendiri dari zina hati? Jika Sia ngerasa nggak mampu, bunda sendiri yang akan melamarkan Kak Sean untukmu." Tak ada gurat candaan yang terlihat di wajah Mayang meski samar. Wanita itu memang agak berbeda cara dalam memarahi anak-anaknya. "Jadi, Sia milih kejar cita-cita Sia dulu?"

"Iya, Bunda." Sia menjawab sambil tertunduk dan meremas jemarinya.

Di kamar ala princess milik Sia ini, hanya ada Mayang dan putri sulungnya itu. Sesaat sebelum Sia berangkat ke rumah Bapak Budiono, Mayang mengajak Sia untuk bicara perihal gelagat putrinya yang tengah jatuh cinta.

"Bunda juga sayang sama Kak Sean, dia adalah anak bunda sebelum memiliki kamu." Mayang memeluk Sia yang duduk bersebelahan dengannya di sisi ranjang. "Bunda tidak ingin kalian terjerumus dalam pergaulan yang dilarang oleh agama. Bunda percaya, kalian pasti bisa. Jangan bertemu berduaan lagi."

"Iya, Bunda. Maafin Sia."

Mayang usap lembut punggung putrinya itu. "Sia ingat ya, meski hidup jauh dari kami, bukan berarti kamu lupa sama aturan yang bunda dan papa terapkan sejak kecil."

Sia mengangguk dalam diam. Dia tahu di mana letak kesalahan yang membuatnya ditegur oleh wanita yang telah melahirkannya itu.

Oh hati, bersabarlah hingga berlabel halal buat dia yang menjabat tangan papa dan disaksikan para saksi dengan sejumlah mahar.

Bisa?

***
Sean sedang mencuci motor kesayangannya di depan rumah, dengan sesekali tersungging senyuman di bibirnya. Pemuda itu dengan rambutnya yang terikat rapi, mengusapkan spon berbusa pada body kendaraan beroda dua yang semalam dia gunakan untuk beradu kecepatan dengan Sandro dan dia keluar sebagai pemenang.

"Girang banget, kamu?" Seorang pria berjalan dengan bantuan tongkat di tangannya menghampiri pemuda itu.

"Ayah sok tahu. Tiap hari juga Sean wajahnya kayak gini," jawab Sean sambil terus mengusap body motor warna hitam itu.

"Pagi ini beda." Arjuna mencoba menyangkal gelagat putranya yang memang pagi ini terlihat ceria. "Harusnya semalam ayah ikut barbeque-an sama kamu."

Sean tersenyum dan melihat Arjuna yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya. "Iya, harusnya ikut. Tapi Ayah lebih milih malam mingguan sama Mama."

"Kami masih muda. Emang nggak boleh?"

"Boleh sih, Yah. Akan lebih boleh lagi jika tiba-tiba Sean dapat kabar bakal punya adik."

Arjuna tergelak. "Adik kamu kurang banyak?" Pria itu tahu bahwa putranya tak serius, karena mereka sama-sama tahu bahwa Anna, tak akan bisa memiliki anak lagi perihal rahimnya yang telah diangkat. "Lagi pula cuma punya anak kamu seorang saja sudah cukup membuat ayah kesal sama Ibram akhir-akhir ini."

Sean menghentikan gerakan tangannya, lalu berdiri dan berhadapan dengan Arjuna. Dia tebak inilah alasan kenapa Arjuna menghampirinya. "Papa Ibram kenapa?"

"Ngeselin kayak biasa."

Kurang puas dengan jawaban yang Arjuna berikan, Sean lebih menuntut dengan sekali lagi melontarkan tanya. "Papa bilang sesuatu ke Ayah?"

"Andai Ibram tak bilang pun, ayah tahu kamu suka Sia." Arjuna menjeda kalimatnya dengan nafas kasar. "Papamu itu mantan playboy, jadi instingnya kuat ketika anak gadisnya sedang disukai lawan jenisnya. Meskipun pemuda itu adalah anak angkatnya sendiri. Kamu mau ayah lamar Sia buat kamu?"

Romantic Rhapsody  ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang