Tangisan Raina

587 90 22
                                    

Sukma memeluk Raina yang baru saja terbangun dari mimpi buruknya. Sudah seminggu gadis yatim piatu itu tinggal bersama keluarga Satria, dan di setiap malam dia akan terbangun dengan isakan tangis yang memilukan juga keringat yang mengucur di pelipisnya.

"Tenang, Raina. Ada Sukma. Lo nggak sendirian lagi." Tubuh kurus Raina didekap erat oleh Sukma yang ikut menangis.

Selama berbagi kamar dengan Raina, gadis tidak kurus itu banyak mengalami perubahan dalam kesehariannya. Satu hal yang ditanam dalam hatinya, dia adalah gadis paling beruntung di dunia ini. Rasa syukur itu dia mulai dengan masuk sekolah lagi, dan tak peduli lagi pada ucapan para siswi cantik yang sering mengatainya 'gendut'.

"Tak apa gendut, yang penting Sukma sehat dan bahagia." Sukma menyemangati dirinya sendiri dengan kalimat itu.

"Raina, sebenarnya apa sih yang lo mimpiin? Kenapa sedihnya aja bisa nular ke Sukma? Nih, basah lagi pipinya." Sukma mengusap pipi chubbynya lalu menunjukkan telapak tangannya yang basah pada Raina, hingga gadis itu akhirnya tersenyum juga.

"Nggak mau cerita. Nanti kamu nambah sedih."

"Tapi Sukma mau tahu. Kita akan cari cara buat ngusir mimpi itu biar nggak ganggu tidur lo lagi."

Raina tersenyum, "nggak perlu, Sukma. Itu hanya mimpi buruk biasa."

"Tapi nangisnya sedih banget." Sukma memeluk Raina lagi. "Raina, ingat ya. Sekarang lo punya keluarga."

Raina mengangguk. Lalu membalas pelukan Sukma. "Aku akan ingat itu. Tentang Sukma yang memberiku banyak cinta. Maaf ya, udah bangunin tidur kamu lagi. Sekarang tidur, yuk!"

Detik pun berganti menit, Sukma pun kembali dibuai mimpi. Tapi tidak dengan Raina yang malah membuka matanya lalu meneteskan air matanya lagi. Dia tahan isakannya agar tak mengganggu sahabatnya yang tiap malam dia usik tidurnya.

Lalu dia duduk dan memeluk lututnya, rasanya malam ini dia akan terjaga lagi seperti malam-malam sebelumnya. Bukan karena rumah itu adalah tempat asing baginya, tapi memang semenjak Cindy menemukan persembunyian dirinya, hidupnya bak mimpi buruk di setiap detiknya.
Tidur lelap tak pernah dia rasakan lagi.

Raina turun dari ranjang dan menapaki lantai dingin dengan kaki telanjangnya menuju balkon kamar Sukma. Betapa beruntungnya gadis yang tengah terlelap itu, hidupnya dipenuhi banyak cinta dari sekelilingnya. Pikiran Raina membuat kesimpulan tentang Sukma Satria, sahabat yang ternyata masih mengingatnya meski pertemanan mereka terbilang singkat juga lamanya rentang waktu berlalu yang memisahkan keduanya.

Malam ini sunyi. Tentu saja, tengah malam begini berharap ada keramaian apa? Mungkin hanya angin yang bercanda dengan dedaunan yang menjadi alunan malam ini. Juga hawa dingin yang menusuk tubuh kurusnya hingga menembus tulang.

Besi balkon terasa dingin di dua telapak tangan Raina yang mencengkeramnya kuat. Matanya memandangi lantai berpaving yang ada di bawah sana dan rambutnya yang dibelai angin malam ini menutupi sebagian wajahnya.

"Jangan melompat!" Suara itu tak asing, tapi cukup mengejutkan Raina. Ada Raga yang ternyata ada di balkon kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Sukma.

"Ra--ga?"

Pemuda itu sudah seminggu ini terlihat menghindarinya. Iya, itulah yang Raina pikirkan selama satu atap dengannya.

"Kamu mimpi buruk lagi?" tanya Raga dengan datar tanpa ekspresi bahkan matanya juga tak sedang mengarah padanya. Hal itu cukup mencubit batin Raina. "Cindy sudah ditahan. Tenangkan dirimu, ajak hatimu merasakan kenyamanan. Atau mau aku bantu hapus mimpi buruk itu?"

"Heh?"

Raina menoleh pada Raga yang bersandar pada besi balkon. Gadis itu cukup berpikir keras dengan tawaran yang pemuda itu utarakan. Apa maksudnya?

Romantic Rhapsody  ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang