Hari minggu pun tiba, dan rencana berjualan nasi uduk buatan Gina di car free day benar-benar terlaksana. Usai sholat subuh tadi penghuni kos putri itu berangkat dengan mengendarai mobil pinjaman warna hitam yang bertuliskan The Rangers. Barang kali tulisan nama cafe ternama kota ini yang tertulis di mobil itu pun adalah daya pikat tersendiri bagi pengunjung nantinya. Selain anak-anak berwajah good looking yang wara-wiri menyebar brosur ke beberapa orang yang berjalan kaki sejak mereka tiba tadi.
"Ini ide siapa pake kaos samaan?" tanya Sia pada satu-satunya adik perempuannya yang kini tengah bereksperimen dengan nasi uduk. Sukma terlihat serius sekali membentuk tampilan nasi uduk itu menjadi wajah boneka beruang yang sangat lucu di dalam sterofom.
"Ide Sukma dong pastinya, Kak. Nggak mungkin Kak Bim, apalagi Raga."
Sia tersenyum. Benar sekali kata Sukma, siapa lagi yang bisa memaksa saudara-saudaranya itu melakukan hal itu selain Sukma.
"Beruangnya lucu banget!" Risa memuji.
"Serius, Kak? Ini Papa yang ngajarin. Sukma juga bisa bikin jadi wajah Doraemon atau Olaf." Sukma berucap bangga.
"Kalo wajah Bangtan bisa, nggak?"
Siapa lagi kalo bukan Nanda yang bertanya. Gadis itu seraya menunggu pembeli pertama mereka datang, duduk menopang dagu dengan tangannya sambil memperhatikan adik-adik Sia yang tengah membagi brosur dengan tatapan memuja. "Duh ... Gue berasa lagi jualan nasi uduk bareng Bangtan.""Siapa sih, Bang Tan? Sukma punyanya Bang Raga, nggak tahu Bang Tan."
Nanda mendengus. "Lo, Sia. Bagaimana bisa lo sama adik imut lo ini nggak kenal tujuh pria yang dihaluin jutaan wanita di dunia?"
Sia tertawa. "Gue udah punya Bangtan versi nyata. Nggak perlu jauh-jauh ke Korea."
"Kalian ngomongin siapa sih?" Sukma mulai pindah fokus dari nasi uduk ke Sia dan Nanda. "Siapa yang ke Korea? Kak Nanda mau ke sana?"
"Mau sih, tapi berat diongkos, Ma."
Sukma menyatukan kedua alisnya tanda tak paham. "Tiket pesawatnya mahal, Sukma." Sia memberi pengertian pada gadis itu. Lalu Sukma beroh ria dan tersenyum ketika Raga datang dengan diikuti dua wanita di belakangnya.
"Kak, mereka mau beli." Raga berkata tentang maksud kedatangan dua wanita yang mengikutinya itu.
"Wah ... Adik ganteng. Lo bawa pelanggan pertama kita!" Nanda berseru. "Selamat datang! Mau pesan berapa?" tanya gadis berambut ungu itu dengan ramah, hingga Gina dan Risa yang duduk di belakang Sukma dan Sia terkekeh geli mendengarnya.
"Mau beruang kayak gini?" tawar Sukma, dan dua pelanggan mereka nampak tertarik lalu mengangguk. "Karena kalian adalah pelanggan pertama kami, Sukma aja deh yang bayarin."
"Jadi, ini gratis?" tanya salah satu dari dua pelanggan.
Sukma mengangguk. "Tapi mau nggak, share ke temen-temen Kakak yang mungkin juga lagi ada di sini. Ini asli enak!"
"Oh, tentu. Mereka emang lagi jalan ke sini kok." Jawab salah satunya.
"Oke sip!" Sukma dengan segera menyiapkan pesanan dengan keriangan yang dimiliki gadis itu. Gina yang nampak tak enak berdiri dan hendak membantu. "Kak Gina duduk aja, biar Sukma yang bantu jualin. Kakak udah capek masak, duduk aja."
"Iya, Gin. Lo kurang tidur deh kayaknya. Lo agak pucat." Nanda membimbing Gina agar duduk kembali ke tempatnya semula. "Duduk manis dan jangan nggak enak sama kita."
Gina tersenyum sehangat mentari yang mulai meninggi. Dia bukan Gina yang selalu berwajah dingin dan irit bicara seperti dulu. "Risa akan nemenin lo. Ngobrolin apa gitu biar nggak bosan. Ghibahin Bangtan misalnya." Kata Nanda lalu tergelak sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Rhapsody ✔ TERBIT
RomanceSquel Mayang Senja Memiliki keluarga yang kaya raya sungguh membuatnya menjalani hidup nyaris sempurna. Hidupnya bak tak pernah ada kerikil sejak dia lahir hingga berstatus maba di sebuah kampus ternama. Hingga suatu pagi, putri sulung Mayang Senja...