Tentang Kita

1.2K 220 20
                                    

Sean seperti dikejutkan pada fakta yang tak pernah disangkanya, bahkan pernah dibayangkan olehnya pun tidak. Ini bukan tentang Sandro yang menghamili seorang gadis, tak ada yang tahu tabiat Sandro sebaik Sean. Jadi, berita itu tak lebih mengejutkan dari pengakuan gadis di depannya ini yang katanya sudah hampir seminggu ini tinggal di rumah kos putri.

Di sebuah kedai es krim di area kampus, Sia mengajak Sean untuk bertemu. Untuk membahas tentang realita yang didengarnya di toilet siang tadi.

Jadi, demi Gina, Sia harus mengaku tentang persembunyiannya pada Sean.

"Kamu kos buat apa? Rumah Papa kurang gede?" tanya Sean masih serasa tak percaya. Sia itu bak Tuan Putri yang tak akan mudah keluar dari istananya, jadi pemuda itu berpikir bahwa ada alasan luar biasa di balik itu. Jangan lupa juga, Ibram adalah seorang papa yang ekstra ketat menjaga Sia. Bagaimana bisa?

"Kenapa jadi Sia terus yang dibahas dari tadi?" Sia cemberut sambil mengaduk es krim yang tak ingin dia habiskan. Sean memesankan ukuran jumbo untuk Sia, sementara pemuda itu justru tak memesan apapun.

"Kak Sean sudah bilang, 'kan? Tak ada yang lebih penting dari kamu."

"Terus percuma dong, Sia bahas Kak Sandro ke Kak Sean? Kasihan Kak Gina, gimana kalo dia mencoba lompat dari jembatan lagi?"

Sean mengernyit, sejauh apa Sia tahu kehidupan Gina? Sean mengenal gadis itu, dia memang sering terlihat bersama Sandro selama setahun terakhir. Kenapa bisa kebetulan begini? Tapi rasanya semua udah diatur sedemikan rupa oleh Yang Maha Kuasa, jadi Sean bersyukur akan hal itu juga. Dia jadi tahu rahasia maba di depannya ini, tentang persembunyiannya. Meski awalnya Sean juga tak tahu bahwa gadis yang dicintainya itu tinggal di bekas kamar bunda angkatnya hampir seminggu.

"Sia maunya gimana?"

"Bantuin dong, Kak."

"Bantu apa?"

Sia nampak berpikir sesaat sebelum membuka mulutnya untuk mengungkapkan maunya. "Bicara sama Kak Sandro, biar dia tanggung jawab. Kasihan Kak Gina, dia sepertinya tertekan sekali. Kak Sandro acuh sekali."

Mendengar kalimat Sia, Sean menarik nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya.

"Kak Sean nggak mau?" tanya Sia tak percaya.

"Itu bukan urusan kita, Sia. Mereka juga sudah dewasa, tau apa akibatnya jika melanggar aturan seperti itu."

Es krim Sia yang nampak sudah mau mencair sepenuhnya di dalam mangkok keramik itu nampak lebih menarik buat Sean.

"Es krim ini justru yang lebih kasihan. Hampir meleleh dan kehilangan rasa dinginnya. Tumben nggak habis, ini 'kan rasa favorit kamu?" Sean mulai melahap makanan manis dingin itu.

Sementara Sia sudah bersiap untuk mencangklong tasnya dan berdiri. "Sia pulang!"

"Pulang ke mana?" tanya Sean santai, masih sibuk menyendok es krim tiga warna yang bertabur keju itu.

"Jangan nanya! Sia sedang kesal!"

Jawaban ketus Sia malah membuat Sean tersenyum, "kangen banget sama moment ini. Entah apa yang akan terjadi pada Kakak jika ketahuan Papa. Kita sudah dilarang pergi berdua begini sejak kamu baligh."

Langkah kaki Sia berhenti.

Sean seperti baru saja memencet tombol pause pada Sia, dan angin pun seolah ikut berhenti berhembus. Sean tak akan melewatkan kesempatan yang langka ini. Di mana hanya ada Sia dan dirinya, meskipun pelanggan kedai itu juga banyak. Tapi mereka punya dunia masing-masing.

Hanya Sean dan Sia yang berada di dunia yang sama.

"Benar 'kan, Sia? Mungkin ini juga kesempatan yang aku punya, buat ngasih tahu kamu. Tentang kita."

Romantic Rhapsody  ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang