Satu Nama Dirindu Sukma

98 7 0
                                    

Sekolah sudah bubar, dan rencananya sepulang sekolah Bima dan adik-adiknya akan menjenguk Sia untuk memberinya semangat karena hari ini jadwal terapinya. Kesatuan sudah lengkap, hanya tinggal menunggu Raga saja yang tadi dipanggil ke ruang guru karena tidak mengerjakan ulangan Fisika. Dia izin ke toilet tapi tak kembali hingga jam pelajaran usai. Rupanya dia berada di gedung olahraga dan main basket sendirian di sana.

"Raga kenapa dipanggil ke ruang guru?" tanya Bima.

"Nggak ikut ulangan Fisika. Malah main basket sendirian. Biasalah, kalo lagi ada hal yang mengganggunya, dia pasti milih men-drible bola di lapangan sampai kelelahan," tukas Jordy.

"Kali ini apalagi?" tanya Rangga yang sedang menyangga kepala Arsa di bahunya. Sahabatnya itu sudah tertidur pulas di sana. "Sukma tahu, nggak?"

"Tahu apa?"

"Raga mikirin apa?" Upaya Rangga biar rasa penasarannya tuntas.

"Nggak tahu. Emang dia kenapa?"

Saudaranya yang lain saling pandang. Gadis itu sejak tadi duduk di sana tapi tak paham dengan pembicaraan yang tengah mereka lakukan. Rupanya dia sedang berbalas pesan.

"Kirim pesan sama siapa sih?" tanya Bima.

"Kak Sean. Sukma bilang kalo kita mau jenguk Kak Sia."

"Ah!" Jordy menjatuhkan badannya di sandaran kursi dengan sempurna. "Kenapa kisah cinta di sekitar kita semuanya pada tragis sih, ya?"

"Siapa yang lo maksud?" tanya Rangga.

"Siapa lagi? Kak Sia dan Kak Sean. Lalu temennya juga, Kak Sandro dan Kak Gina. Ditambah Kak Risa dan Kak Zian. Kayaknya sulit gitu buat nyatu."

"Jodoh di tangan Tuhan, Jor! Sekeras apa kita berusaha hasilnya tetap Allah yang pegang. Dia yang kuasa atas segala sesuatu." Arsa yang terpejam tiba-tiba menyahut.

"Ternyata lo nggak tidur, Sa? Angkat kepala lo, berat tahu!" Rangga memprotes. "Ntar malam lo bisa tidur sepuasnya, gue yang bakal gantiin lo bergadang." Arsa seketika duduk tegak untuk memastikan jawaban Rangga adalah iya.

"Tapi nggak deh! Gue bakalan ikut bergadang." Putus Arsa. "Kak Bim belum berhasil gue kalahin."

"Lawan Sukma aja lo nggak pernah menang, Sa!" celetuk satu-satunya gadis yang berada di dalam mobil itu. Dia masih fokus pada layar ponselnya. Hingga semua mata pun tertuju padanya dan Arsa bergantian.

"Jika Raga tahu hal ini, habis lo sama dia, Sa." Jordy bermaklumat dan Arsa hanya meringis sebagai jawabannya.

"Kak Sukma, download game juga?" tanya Al yang duduk di samping kursi pengemudi. Pak Rustam sedang menunggu Raga di luar kendaraan itu.

"Iya. Arsa yang ajarin. Sebelum ada Raina di rumah, kami sering main bareng kalo malam." Ucapan polos dari Sukma membuat Arsa dipelototin para saudaranya yang lain.

"Oh, baru sadar gue." Jordy lagi-lagi seperti akan mengatakan petuah bijaknya. "Ada hati yang telah lama terpaut dengan hati yang lain. Salut gue, Sa!"

"Apaan sih, Jor?" Arsa terpejam kembali dengan wajah yang sengaja dimiringkan ke arah kaca jendela.

"Gue kasih restu, tenang aja!" Jordy yang duduk di paling belakang mengacak-acak rambut Arsa dengan gemas.

"Lo cukup pintar, Sa. Sampai sekarang Raga belum nyadar kalo ada yang ngasih perhatian ke adiknya," bisik Rangga di dekat telinga sahabatnya.

"Bantuin gue buat simpan ini dulu. Sampai gue pantas dan berani memintanya dari Raga dan Om Satria. Kalian tahu, dua orang itu tak akan mudah buat gue." Balas Arsa tak kalah lirih.

Romantic Rhapsody  ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang