Hari pun berganti minggu, dan hidup terus saja mendatangkan pilihan untuk dipilih. Raga yang dulu hidup dengan normal, mendadak semrawut semenjak bertemu kembali dengan Raina dan ternyata keadaan gadis itu justru makin memburuk dari saat mereka kecil dulu. Kini hatinya bimbang, antara melepas dia tinggal bersama Jerry atau tetap bersama keluarganya.
Gadis itu sedang belajar di ruang baca bersama Sukma. Sebenarnya Raga selalu ada di mana tiap kali kedua gadis itu menghabiskan waktu bersama di sana. Tapi dia memilih bersembunyi di antara rak-rak tinggi tempat menyimpan buku-buku koleksi kedua orangtuanya.
"Sukma, aku nggak ngerti tentang soal yang ini. Kamu ngerti, nggak?"
Sambil mengulum lollipop rasa karamel kesukaannya, Sukma mendekat dan memeriksa soal yang Raina maksud. Dia akan ikut ujian kesetaraan tingkat SMA beberapa bulan yang akan datang.
"Sukma nggak ngerti. Raga yang sangat paham tentang matematika."
Tiba-tiba Raina meletakkan pensilnya lalu bertanya serius pada Sukma. "Raga itu jenius ya, Ma?"
Sukma mengangguk lalu meninggalkan tugas menggambar sketsa wajah dari gurunya. Mengeluarkan lollipop-nya, lalu menjawab sahabatnya tanpa kecurigaan apapun. "Dia bisa semua mata pelajaran. Padahal dia jarang belajar. Gue yang giat belajar tiap hari aja, nggak pernah bisa masuk dua puluh besar. Sedangkan Raga yang hobi tidur, malah bisa sampai ikut olimpiade ke Jepang."
"Jepang?"
"Iya, dan menang. Hebat ya, dia."
Raina terdiam nampak mengerutkan kening. Ada hal yang tiba-tiba mengganggu pikirannya. Hal itu tak luput dari pengawasan mata elang milik saudara kembar Sukma yang memperhatikan mereka dari jauh.
"Raina! Kok bengong? Mikirin apa?"
Raina terkekeh lalu mengambil pensilnya kembali. "Dia cocok jadi dosen kalo begitu. Akan banyak orang yang bisa dia ajar, agar sepintar dirinya."
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, ada Gadis yang masuk dengan senyum khas dirinya. Masih nampak cantik meski tak muda lagi.
"Kalian lihat Raga, nggak?" Tanya Gadis. Yang dijawab kompak dengan gelengan kepala oleh kedua gadis yang tengah belajar itu. "Dia kemana, ya? Di kamarnya tidak ada."
"Lagi tidur di mana gitu kali, Mama." Jawab Sukma asal. Karena memang sejak pulang dari sekolah dia belum bertemu dengan saudara kembarnya yang hobi tidur itu.
Terdengar bunyi deheman halus yang kemudian menjadi pusat perhatian ketiganya. Raga muncul dari balik rak dengan sebuah buku di tangannya. "Aku di sini, Mama."
"Sejak kapan? Kok gue nggak tahu, Ga!" Sukma menggaruk hidungnya yang tiba-tiba terasa gatal. "Kamu tidur di sini?"
"Lagi baca novel. Ada tugas bahasa Indonesia, buat bikin resensi." Jawaban yang Raga beri seraya mendekat. "Mama nyari Raga? Kenapa?"
"Suruh makan!" Kata Gadis seraya mengacak-acak rambut putranya yang sudah sedikit terlihat panjang. "Sejak pulang sekolah kamu belum makan. Mama tahu itu, Ga. Taruh buku itu, lalu makan!" Titah Gadis lalu berdiri. Niat awalnya adalah untuk keluar dari sana, tapi urung karena melihat hasil sketsa wajah yang Sukma buat. "Itu Arsa?" Tanyanya kemudian.
"Mana?" Sukma menoleh ke kanan dan kiri, dia pikir ada Arsa di ruangan itu. Raina dan Raga pun langsung paham apa yang Gadis maksud, lalu ikut melihat gambar yang berada di atas meja yang merupakan hasil karya tangan Sukma.
"Ini Sukma yang gambar? Ini wajah Arsa, 'kan?" Gadis belum menyerah.
"Oh." Lalu Sukma tertawa. "Niatnya tadi gambar wajah Papa, tapi malah mirip Arsa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Rhapsody ✔ TERBIT
RomanceSquel Mayang Senja Memiliki keluarga yang kaya raya sungguh membuatnya menjalani hidup nyaris sempurna. Hidupnya bak tak pernah ada kerikil sejak dia lahir hingga berstatus maba di sebuah kampus ternama. Hingga suatu pagi, putri sulung Mayang Senja...