•END•
Dari Agustus, bulan penyampai cerita duka.
Untuk Jaemin yang mengharapkan banyak akan dunia.
start writing 19 Juni 2021
finish writing 17 November 2021
# high rank
#chenle 1 28/07/21
#sadstory...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Selain menangis, apa yang mampu di lakukan oleh mereka yang terpuruk?"
~selamat membaca~
- a g u s t u s -
Menyebalkan. Satu kata yang langsung terbesit di benak ku saat bertatapan dengan pria itu. Dari jarak lima langkah kami masing masing terdiam.
Aku yang menatap seolah mengusir dia, dan dia yang menatap bingung. Dia sama sekali tak bergeming, membuatku muak.
Dengan gerakan cepat, aku menubruk tubuhnya, oh sungguh dia memang menghalangi jalan. Di saat yang bersamaan pula, Jaemin memegang pergelangan tanganku, tapi langsung ku tepis.
"Apa?!" Kesal ku.
Sebelah alis Jaemin terangkat. "Kamu kenapa?" Dia lebih mendekat.
"Apanya sih?" Sekali lagi, ku tegaskan.
"Nazma?" Dia terlihat sangat bingung, alisnya menukik tajam, apa dia juga akan ikutan marah?
"Ya ampun apa? Kalo gak ada, gue mau pergi." Dan untuk pertama kalinya, aku tidak menggunakan bahasa aku-kamu dengan Jaemin.
"Ada ada. Tapi tunggu dulu, kamu kenapa marah marah?" Tanya Jaemin, dia terlihat lebih kebingungan dari sebelum nya.
Aku rasa benar, Jaemin memang bukan laki-laki peka.
"Gak. Buruan apa?!"
Bukannya menjawab, Jaemin malah terdiam, matanya menatap ke bawah. Terlihat berpikir? Atau mungkin tidak.
Dia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata sejak 60 detik yang lalu.
"Kamu marah karena hari sabtu ya?" Tanya dia. Apa tadi dia tengah mengingat kesalahan nya? Ku rasa iya.
"Iya." Kali ini nada nya lebih rendah dari sebelumnya.
"Maaf gak jadi." Jaemin menunduk, merasa bersalah.
"Bukan!" Bantahku cepat.
"Hah?" Dia kembali menatapku dengan mata yang terbuka lebar.
"Bukan karena itu!"
Raut wajah Jaemin lebih bingung lagi. "Terus karena apa?"
Sebelum menjawab, aku berdecak. "Kenapa gak bilang?!"
