Kalau seorang laki-laki memberikan perhatiannya padamu itu berarti ia menaruh rasa padamu, meskipun hanya batas tertarik.
***
Terjadi hening cukup lama sampai akhirnya Clarissa memilih melanjutkan perjalanan mereka menuju ke kantin. Namun ia kembali berhenti dan mendengus kesal.
"Menurut Kakak kita perlu ke kantin mana?" Tanya Clarissa mencoba menghalau keheningan yang melanda mereka. Ia hanya tidak ingin menganggap serius ucapan seniornya itu.
"Kantin umum." Jawab Arimbawa.
"Kakak yakin?"
Arimbawa mengangguk, "Kamu gak percaya sama saya?"
Clarissa mengedikkan bahunya, "Ayo kita ke kantin umum." Alihnya.
Arimbawa menahan kepergian Clarissa, "Kenapa kamu selalu mengalihkan perbincangan kita? Kamu pikir saya bercanda?"
Okay, Clarissa kini mulai merasa takut. Ia tidak mengenal Arimbawa dengan baik sehingga ia menjadi was-was, apalagi keadaaan memang mendukung melakukan hal-hal setan.
"Gak tau Kak, aku mau ketemu sahabat aku secepatnya." Balas Clarissa mencoba menjauh dari Arimbawa namun tidak bisa karena Arimbawa masih memegang tangannya, "Kak jangan kayak gini. Waktu kita gak banyak, kapan coba nyari bendera kalau kita malah ngomong terus? Aku takut terjadi sesuatu sama sahabatku."
Arimbawa memejamkan mata sesaat lalu menghembuskan napasnya pelan, "Seberapa excited kamu sama game ini?"
"Ada apa sih Kak? Kok kesannya Kakak kayak kepo banget?"
"Iya saya kepo. Sekarang jawab saja."
Clarissa mendecih sinis, dasar senior kurang ajar!
"Aku gak excited tapi aku mau fokus sama game ini karna aku gak mau malu-maluin kelas. Udah kan?"
Arimbawa mengangguk lalu mengamit tangan Clarissa tanpa izin, "Di kantin umum. Lokasinya kemungkinan di bangku pojok sebelah kanan atau kiri, tempat air mineral di pedagang bakso karena biasanya banyak peminat, dan di tengah-tengah meja kantin. Cari bendera yang warna kuning karna kamu kelas sebelas dan usahain liat kode di sudut bendera. Kamu kelas berapa?"
Clarissa mengerjap, "Sebelas MIPA tiga."
Arimbawa mengangguk, "Cari kode yang sudut benderanya ada tulisan A tiga. Jangan sampai salah ambil karena bendera itu gak akan berpengaruh apa-apa. Mengerti Nathalie?"
Clarissa kembali mengerjap untuk beberapa kali, "Clarissa Kak bukan Nathalie."
"Nama kamu Nathalie Putri Clarissa kan? Wajar dong saya panggil Nathalie?"
Clarissa mendengus, "Aku gak suka dipanggil Nathalie."
"Kenapa?"
"Tuh kan Kakak banyak omong dan tanya. Ayo cari bendera aja dulu Kak."
Arimbawa menahan tautan tangan mereka sehingga mereka kembali berhenti, "Setelah menemukan bendera, berarti kita bisa berbicara?"
"Ini ke arah mana ya Kak? Kanan atau kiri? Aku jarang ke kantin umum." Ujar Clarissa.
Arimbawa tersenyum tipis, "Saya aja yang mimpin jalan." Clarissa mengangguk dan mengikuti saja.
"Kok sepi sih Kak? Gak ada yang kepikiran kesini?" Tanya Clarissa di tengah jalan.
"Kebanyakan mungkin lupa sama kantin umum karena jaraknya cukup jauh."
"Wait, kok Kakak bisa tau sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
Teen FictionNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...