Kamu jangan kayak gini, nanti kalau aku terlanjur baper gimana?
***
Sesampainya di kantin, Clarissa dan sahabatnya menyebutkan pesanan mereka. Seperti biasa Rebecca-lah yang akan memesankan makanan.
Tak lama kemudian, makanan dan minuman yang mereka pesan sudah terhidangkan di meja mereka. Clarissa memakan baksonya dan mengunyahnya dengan santai. Saat kunyahannya sudah turun sempurna ke kerongkongannya, ia menatap Rebecca yang duduk di hadapannya dengan Sonia di samping gadis mungil tersebut.
"Jadi informasi tentang Kak Arim apa?" Tanya Clarissa.
Rebecca menelan nasi gorengnya lalu menatap satu persatu sahabatnya hingga berakhir menatap Clarissa dengan serius, "Info yang gue dapet gak terlalu banyak. Soalnya gue ngerasa kalau ada sesuatu dibalik sedikitnya info yang gue dapat." Ujarnya.
Indira memasukkan buah yang ia pesan dengan santai, "Trus apa? Kepo banget gue tentang Kak Arim, walaupun gue lebih seneng ke Kak Manuaba sih."
Clarissa menegang seketika mendengar nama laki-laki yang disebutkan oleh Indira. Tak ingin sahabatnya terlalu mencurigainya, ia pun memfokuskan diri pada Rebecca.
"Jadi apa?" Tanya Clarissa.
Rebecca menaruh sendoknya lalu menaruh kedua tangan mungilnya di sisi-sisi piringnya, "Kak Arim ada di kelas dua belas MIPA satu."
"MIPA satu? Anak-anak pinter dong?" Celetuk Indira, "Kak Manuaba aja MIPA dua." Lanjutnya.
Rebecca mengangguk ragu, "Dari data-data identitasnya di sekolah yang gue dapat dari salah satu temen gue di grup sebelah, dia emang anak yang berprestasi. Selama sekolah di JBS, dia rutin ngasik prestasi di bidang karate sama yang berhubungan dengan IT."
"Terus-terus?" Tanya Clarissa.
"Gue jelasin prolog dulu ya. Kalian harus tau identitas umumnya dulu." Kata Rebecca sembari mengibaskan rambutnya dengan angkuh, membuktikan bahwa ia memang sumber informan yang handal.
Clarissa dan Indira mencibir sedangkan Sonia terkekeh geli.
"Kayaknya boleh nih kalau gue nyuruh Becca nyari informasi tentang Kak Manuaba." Celetuk Indira.
Clarissa memutar bola mata malas, "Arya mau diapain? Jiwa cabenya jangan dikeluarin sekarang dulu Ra. Kita lagi bahas sosok misterius."
Indira mengerucutkan bibir lalu menatap Rebecca seakan menyuruh gadis itu untuk melanjutkan ucapannya.
Rebecca tertawa dan menjulurkan lidah ke arah Indira yang diceramahi oleh Clarissa, "Ada yang nge-pap identitas rapor Kak Arim. Disana tertulis nama lengkap Kak Arim adalah Arimbawa Nathaniel Kencana. Lahir tanggal dua puluh lima agustus, yang berarti sebulan-an lagi dia ulang tahun yang ke delapan belas. Dia dua bersaudara, dan gue gak tau siapa saudaranya karena gue atau yang lainnya gak tau sosmednya Kak Arim. Nah berita yang mengejutkannya adalah Kak Arim termasuk keluarga konglomerat."
Clarissa mengernyit, "Keluarga konglomerat?"
Rebecca mengangguk, "Gue kemarin kepo maksimal jadi gue iseng aja search marga keluarga Kak Arim. Dan ternyata Kencana Group itu milik keluarga Kak Arim setelah gue baca artikel terpercaya. Bokapnya dia punya perusahaan besar di bidang teknologi yang berpusat di Jepang tapi di Indonesia ada cabangnya kok. Lalu nyokapnya punya perusahaan yang cukup besar dan bergerak di bidang kecantikan bagian fashion, namanya MK Enterprise. Gue analisis kalau MK itu kepanjangan dari Mawar Kencana, sesuai dengan nama nyokap Kak Arim. Dan kalian bisa bayanginkan gimana kaya-nya Kak Arim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
Teen FictionNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...