Kamu tidak akan mengetahui seberapa berharganya sesuatu jika kamu tidak memberanikan diri untuk menghadapi sesuatu tersebut.
***
Sepulangnya dari acara rutin-an Gereja di hari Minggu pagi, gadis jangkung itu mendapat spam chat dari Rebecca, menyuruhnya untuk datang ke sekolah. Clarissa mengernyit, setaunya ia tidak memiliki kegiatan di hari libur begini. Ia pun men-dial nomor Rebecca untuk kejelasan.
"Ngapain cebol?" Tanya Clarissa menjepit ponselnya diantara telinga dan bahu kanannya sedangkan tangannya sibuk mencari baju kaos yang sekiranya bisa ia gunakan untuk pergi, mengganti gaun cream polos Gereja-nya.
"Sini ayo ke sekolah nontonin anak basket sparing! Indira ikutan cheers nih! Beberapa minggu lagi kan ada tanding basket." Seru Rebecca dengan suara cemprengnya.
"Gak ada kerjaan banget deh nonton gituan, mending tidur di rumah kelles."
"Yakin nih? Katanya setia kawan?"
Clarissa berdecak, "Gue otewe! Traktir makan sampai sana!"
"WOI LO DIANTER AJA YAK! INDIRA BAWA MOBIL, ENTAR KITA JEJE BARENG!!!"
Clarissa menjauhkan ponselnya dan mengusap telinganya, "Toa banget Bec!! Iye, ini gue mesen ojek dulu."
"SIAP KAKAK!!! GUE DI LAPANGAN, LANGSUNG AJA YAK! CARI YANG PALING MUNGIL, CANTIK, BERKILAU!"
"Najis!" Clarissa mematikan sambungan telepon dan kemudian memesan ojek online.
Sembari menunggu sang driver sampai di rumahnya, ia mengganti pakaiannya dan berdandan sebentar untuk me-refresh-kan kembali tampilannya tanpa perlu mandi lagi. Setelah selesai, ia pamit kepada orang tuanya yang kebetulan libur dan bersantai di ruang tamu.
"Clarissa mau main sama temen dulu ya Ma, Pa." Gadis itu menyalimi tangan kedua orang tuanya.
"Kemana Nath?" Tanya Mamanya.
"Ke sekolah trus palingan ujung-ujungnya ke mall."
Mamanya mengangguk, "Hati-hati ya."
"Yoi Mama. Bye Pa!" Clarissa mendekat dan mencium pipi sang Papa.
"Jangan keluyuran malem-malem atau Papa kunci dari dalam." Ujar sang Papa.
Clarissa mengusap dada dengan lebay, "Aye siap Papa!" Setelah melambai, gadis itu segera menuju ke teras depan rumah.
Papa Clarissa memang lebih protektif kepada anak-anaknya jika masalah keluar kemana dibandingkan Mama Clarissa, namun sejauh ini mereka tidak pernah sampai mengekang kehidupan anaknya. Selagi pergaulannya masih baik-baik saja, mereka tidak bermasalah.
Beberapa menit kemudian berlalu, akhirnya Clarissa duduk bersama Rebecca di salah satu kursi tribun dan memandang ke bawah, tepatnya ke anak-anak basket dan cheerleader. Rebecca juga menepati janji, segera menyodorkan burger dan minuman bersoda pada gadis itu.
"Anak basket memang yang paling keren daripada yang lain." Kata Rebecca yang tak dihiraukan oleh Clarissa. Gadis jangkung itu sibuk menyantap makanannya.
"Habis ini kemana sih?" Tanya Clarissa.
"Jalan-jalan aja ngabisin bensin Indira. Muter-muter di jalan pun gue oke."
Clarissa memutar bola mata jengah, "Elo oke karena yang nyetir kan bukan elo."
Rebecca menyengir, "Hidup gue emang enak. Jangan iri bos!"
Clarissa diam saja, sedang malas merespon. Ia mengalihkan pandangan ke area lapangan.
"Kak Angel cantik banget deh, ngalahin Indira njir." Kata Rebecca.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
JugendliteraturNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...