15 - Reconciled

82 21 0
                                    

Ada baiknya jika kita mencari waktu yang pas untuk bertanya mengenai privasi seseorang demi menghargai seseorang tersebut.

***

10 hari berlalu dengan tenang. Clarissa berhasil menghindari Arimbawa dengan beribu alasan. Bahkan sang sahabat juga membantu dirinya melakukan hal ini dengan iming-iming bahwa Clarissa harus membuatkan mereka camilan enak. Clarissa tak banyak komentar dan mengiyakan hal tersebut agar ia dapat menghindari Arimbawa. Gadis itu berharap dengan jarak ini dapat membuat Arimbawa sadar dan mundur secara perlahan sehingga laki-laki itu tidak perlu mendekat lagi ke kehidupan tenang Clarissa.

Kali ini Clarissa menarik Sonia untuk pergi ke perpustakaan. Sonia sih anteng membaca buku sedangkan Clarissa sibuk bermain ponsel. Ia iseng membaca pesan-pesan yang dikirimkan oleh Arimbawa. Selama 10 hari, laki-laki itu hanya mengiriminya pesan sebanyak 7 kali. Rata-rata dari pesan tersebut menanyakan apakah Clarissa bisa diajak makan bersama atau tidak.

Clarissa awalnya masih membalas seperti biasa namun lama-kelamaan ia berhenti membalas dan jika ditanya oleh Arimbawa langsung saat di sekolah, gadis itu akan mengatakan bahwa ia tidak sempat melihat pesan Arimbawa. Alasannya memang sungguh tidak masuk akal namun setidaknya 3 hari belakangan ini, Arimbawa berhasil menjauh darinya. Tidak mengiriminya pesan dan tidak menemuinya lagi saat di sekolah. Dan hal tersebut membuat Clarissa sedikit bernapas lega.

Drrtt... Drrttt

Ponsel Clarissa bergetar. Gadis itu mendapat notifikasi pesan lagi dari Arimbawa. Penasaran, ia pun membuka pesan tersebut.

Arimbawa : udah?

Clarissa mengernyit. Sudah apa? Karena tidak mengerti maksud dari Arimbawa, ia hendak membalas namun ia urungkan dan kemudian meletakkan ponsel di atas meja begitu saja dan menyandarkan diri di kepala kursi. Sonia melirik ke arah Clarissa yang sedang memejamkan matanya lalu beralih ke ponsel Clarissa yang masih menyala dan memperlihatkan isi pesan Arimbawa.

"Gak dibales lagi?" Tanya Sonia.

Clarissa membuka matanya lalu duduk tegap, "Menurut lo apa masudnya ini?" Tunjuknya pada ponselnya yang masih menyala.

Sonia mengernyit, "Lo ada bilang apa sebelumnya sama dia?"

Clarissa mengedikkan bahu, "Gue kan udah gak ada kontak-an lagi sama Kak Arim."

"Tanya aja maksudnya apa."

Clarissa mendelik, "Kok gitu? Gue kan mau menjauh Son."

"Cuma nanya aja. Bilang aja 'Kakak salah kirim?' gitu."

Clarissa menggeleng tidak setuju, "Ide yang buruk. Ditolak."

Sonia mendengus lalu lanjut membaca bukunya, "Ya udah silahkan penasaran sendiri."

Clarissa menggoyangkan pundak Sonia pelan, "Bantu gue analisis dong maksudnya apaan. Lo kan pinter Son."

Sonia mendelik, "Gak dalam hal kayak gini kalik Cla."

"Trus ini gimana dong? Sumpah ya, Kak Arim itu susah amat ditebak. Gue kira dia bakalan menjauh eh ini kok malah ngirim pesan lagi." Gerutu Clarissa, "Apa jangan-jangan dia salah kirim ya?"

Sonia mengedikkan bahu, "Mungkin dia nyadar kalik kalau lo menghindar makanya dia nanya, lo udah selesai menghindar atau belum."

Clarissa menoleh cepat ke arah Sonia, "Son, kok lo pinter?" Tanyanya tak berbobot.

Sonia bingung dengan sikap Clarissa namun kemudian ia sadar dengan ucapannya barusan.

Clarissa menatap Sonia penuh binar bahagia, "Lo jenius Son karna bisa analisis ini!" Pujinya.

BEHIND THE SELLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang