Ketika hatiku udah mulai nyaman, bisa minta tolong untuk jangan ghosting gak?
***
Seusainya Clarissa membuatkan Arimbawa sambal geprek tambahan, ia mengajak Arimbawa untuk kembali ke ruang tamu saja karena ruang makan dan dapurnya yang berdekatan tersebut masih berbau sambal yang menyengat hidung.
"Cobain dong Kak." Suruh Clarissa dengan senyuman manisnya.
Arimbawa berdeham untuk menormalkan rasa kagumnya, "Iya saya cobain ya." Clarissa mengangguk dan menunggu reaksi Arimbawa saat laki-laki itu menyuapkan nasi dengan sambal buatannya.
"Gimana Kak?" Tanya Clarissa.
Arimbawa tersenyum, "Cukup pedes tapi enak."
Clarissa bersorak senang. Ini bukan kali pertamanya ia membuat sambal geprek jadi ia sudah berpengalaman. Namun entah mengapa mendapat pujian dari Arimbawa membuatnya merasa bahagia begitu saja.
"Kamu pinter masak ya?" Tanya Arimbawa di tengah acara makannya.
Clarissa menelan kunyahan nasinya, "Munafik banget kalau aku bilang gak pinter." Jawabnya sambil tertawa kecil.
"Berarti sering masak?"
"Lumayan. Mamaku kalau shift malam trus gak sempet masak, biasanya sih aku yang gantiin masak untuk keluarga. Tapi kadang Mama emang bawa sisa makanan di tempat Mama kerja."
Arimbawa mengangguk mengerti, "Boleh dong masakin saya?" Guraunya.
Clarissa mengangguk mantap, "Request aja Kak, nanti aku masakin."
Arimbawa terkekeh lalu melanjutkan makanannya, begitupun juga Clarissa. Mereka kembali sibuk berbincang-bincang hingga melupakan hal yang sempat membuat hubungan mereka merenggang.
***
Beberapa hari berlalu dengan cepatnya hingga kembali pada hari Senin. Sembari menunggu pengumuman untuk kumpul upacara, Clarissa dan sahabat-sahabatnya masih duduk di kelas.
"Eh Cla, lo gak tanyain Kak Arim?" Tanya Rebecca.
Clarissa memainkan topinya, "Gak nanya."
"Kenapa gak nanya nyet? Lo beberapa hari ini udah mulai deket lagi loh sama dia, entar kalau lo di PHP-in gimana? Mau nangis kejer?" Sewot Rebecca.
Clarissa tertawa lalu menggoyangkan topinya di hadapan Rebecca, "Gue siapanya sih sampai harus nanya kayak gitu? Terserah Kak Arim dong deket sama siapa aja. Gue sama dia kan temenan."
Indira menggeleng tidak setuju, "Gak mungkin Kak Arim nyari temen macam kayak lo. Kalian gak saling kenal sebelumnya, masak tiba-tiba bisa temenan?"
"Bisa aja kok. Nih buktinya gue sama Kak Arim sekarang temenan bukan pacaran." Bela Clarissa.
"Tapi Kak Arim kan sempet bilang suka sama lo Cla." Ujar Sonia kalem.
Clarissa terkekeh, "Udah beberapa hari yang lalu, pas awal-awal deket doang. Siapa tau sekarang udah beda, iya kan?"
Rebecca mendecak, "Alah bilang aja lo gak siap sama fakta yang menyatakan Kak Arim sama Kak Angel pacaran lagi."
Clarissa mendelik sekilas ke arah Rebecca namun kembali ia normalkan, "Ya udah sih, berarti Kak Arim bukan jodoh gue."
Indira menggeleng-geleng heran dengan kelakuan santai Clarissa, "Lo serius gak ada rasa sama Kak Arim? Kok gue sangsi ya?"
Clarissa mengedikkan bahu, "Belum, mungkin. Kalau keterusan masih deket, ya jangan salahin gue. Salahin nih hati gue yang kurang ajarnya berani suka Kak Arim sedangkan gue aja kalah saing sama bunga sekolahnya JBS."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
Teen FictionNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...