Bahagia itu sederhana. Hanya ikuti saja apa yang hati kalian inginkan maka kalian akan merasakan kebahagiaan.
***
Istirahat kedua kali ini, Rebecca, Indira, dan Sonia hanya duduk melamun di kantin. Sedari istirahat pertama, mereka seperti tidak ada nyawa kehidupan. Sahabatnya masih hilang entah kemana, bahkan tiba-tiba saja ada kabar sakit. Mereka khawatir namun tidak tahu harus berbuat apa. Kemarin mereka bertiga datang ke rumah Clarissa namun Mama Clarissa malah menahan tangis dan mengatakan bahwa putrinya entah dimana. Hal itu membuat Indira hendak menelepon Papanya untuk membantu mencari Clarissa namun Mama Clarissa menyuruhnya tidak perlu karena Clarissa pasti aman. Mereka semakin dibuat bingung dan akhirnya Mama Clarissa menjelaskan mengenai kebiasaan unik gadis jangkung itu. Jika perasaaannya kacau memang selalu pergi entah kemana tetapi selalu mengabari Papa Clarissa kemanapun gadis jangkung itu pergi.
"Woy bertiga doang, lagi satu mana?" Tanya Manuaji tiba-tiba sudah menyeruak ikut duduk di samping Sonia. Arya yang notabene-nya sekelas dengan pemuda itupun langsung duduk di samping Indira.
"Gak masuk. Sakit." Jawab Rebecca lesu.
Manuaji mengernyit dan kemudian terkekeh, "Ohhh sakit." Ucapnya percaya padahal ia juga tahu kebiasaan gadis jangkung itu.
Sonia menyipitkan mata menatap ke arah Manuaji, "Lo tau dia dimana?" Tebaknya.
Manuaji menoleh dan menatap lekat Sonia yang membuat Sonia jadi salah tingkah dan segera mengalihkan wajah melihat ke arah lain.
"Gak tau pasti sih dimana tapi pasti aman." Jawab Manuaji santai.
"Ck kenapa lo ataupun keluarganya cukup santai ya? Heran gue." Kata Indira.
Manuaji terkekeh lagi, "Ya pasti aman. Udah biasa dari kecil dia kayak gitu. Santai aja. Besok dia pasti udah balik ke sekolah. Kalau enggak, diseret pulang sama bapaknya."
"Seriusan Ji?" Tanya Indira.
"Iyalah. Gue temennya dari kecil. Udah sering itu dulu kalau dia dimarah sama Mamanya."
Ketiga sahabat Clarissa ditambah Arya jadi manggut-manggut mengerti.
"Eh tapi Kak Arim keliatan galau banget ya? Apa dia tau kebiasaan Clarissa yang ini?" Tanya Rebecca tadi sempat berpapasan dengan Arimbawa di koridor kelas 11.
Manuaji tersentak dan baru tersadar sesuatu.
"Dimana lo liat Bang Arim?" Tanya Arya was-was.
"Di koridor kelas sebelas. Mau nyapa sih tadi tapi takut, mukanya perpaduan galau sama serem."
Arya dan Manuaji saling pandang dan kemudian bergidik ngeri, "Ya cabut. Kita ke kantin kelas dua belas. Ngumpul." Kata Manuaji bangkit dari kursi.
Arya mengangguk dan pamit pada sang pacar lalu segera melangkah ke kantin kelas 12. Mereka sudah berpikir bahwa pasti ada hal yang tidak beres dan Arimbawa pasti sedang melakukan sesuatu.
Arimbawa memang terkenal misterius dan berbahaya di Ventura, makanya meskipun pemuda itu biasa-biasa saja dalam artian bisa diajak bercanda dan lainnya namun ada rasa segan pada pemuda itu karena keahliannya dalam menguasai dunia perteknologian.
Manuaji segera mengambil duduk di bangku kosong anak-anak Ventura berkumpul. Pemuda itu melirik Arimbawa yang tengah sibuk dengan ponselnya namun ada Macbook yang menyala di depan pemuda itu yang sedang duduk di pojokan kantin. Manuaji menghampiri dan duduk tepat di sebelah Arimbawa yang refleks membuat Arimbawa menutup sembarang Macbooknya.
"Kenapa Ji?" Tanya Arimbawa.
"Bang... lo tau Clarissa hilang?" Arimbawa berdeham dan melanjutkan fokusannya pada telepon, "Dia pasti aman Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
Teen FictionNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...