Berhati-hatilah dalam bertindak karena hal tersebut dapat memberikan efek yang besar kepada pihak yang bersangkutan.
***
Setelah memarkirkan motor maticnya di garasi, Clarissa memasuki rumah dengan perlahan. Saat ia menginjakkan kaki di dalam, ia memicing curiga kepada sesosok wanita berusia sedikit lebih muda dari Mamanya sedang menutup pintu kamar orang tuanya.
Wanita itu terkejut saat menatap Clarissa, "Tante gak ada ngambil apa-apa." Ujarnya namun tangan wanita itu terlihat menyembunyikan sesuatu di kepalan tangannya.
Clarissa memperhatikan Tantenya itu lalu berjalan acuh ke lantai dua. Sesampainya di kamar, ia merebahkan tubuh lalu memejamkan mata. Clarissa mendesah. Ia hendak menelepon sang Mama untuk memberitahukan gelagat Tantenya yang sangat mencurigakan itu namun ia mengurungkan niatnya. Baik Mama, Papa, dan dirinya sendiri juga sudah mengetahui dengan jelas bahwa Tantenya itu mengalami sedikit gangguan jiwa.
Clarissa mengganti seragamnya dengan pakaian santai. Ia turun ke bawah untuk bersantai di ruang tamu. Sesekali ia melirik Tantenya yang sedang melamun di dapur. Tak ingin menghiraukan sang Tante, gadis jangkung itu mencoba fokus menonton televisi. Mengapa Tantenya harus seperti itu? Clarissa masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran Tantenya.
Satu jam kemudian, Clarissa merasa ada getaran berturut-turut pada ponselnya yang ia letakkan di samping gadis itu. Ia segera mengambilnya lalu membaca nama Arimbawa tertera sebagai penelepon. Clarissa mengangkat panggilan itu.
"Nathalie?" Ujar sang senior.
"Iya Kak?"
"Bisa buka gerbangnya?"
"Kakak udah di depan ya? Bentar, aku kesana sekarang."
Clarissa mematikan sambungan lalu menghampiri Arimbawa yang sudah berdiri di dekat gerbangnya. Clarissa membuka sedikit gerbang lalu mempersilahkan Arimbawa untuk masuk.
"Kak Arim bawa menu apa?" Tanya Clarissa.
"Ayam geprek. Kamu bisa makan pedas?"
"Bisa, asalkan jangan terlalu pedes soalnya gak kuat."
Arimbawa mengangguk, "Level rendah kok."
Sesampainya di dalam rumah, Tante Clarissa menghampiri Clarissa dan Arimbawa.
"Temennya? Kenapa kesini?" Ujar Tante Clarissa yang memang tidak mengerti bahasa yang sopan dan santun.
Clarissa meringis lalu menatap Arimbawa dengan ragu dan kemudian menatap sang Tante, "Iya." Balasnya singkat lalu mengajak Arimbawa untuk duduk di ruang tamu, meninggalkan Tantenya yang terlihat tidak peduli.
"Mama kamu?" Tanya Arimbawa saat mereka berdua sudah duduk di sofa ruang tamu tersebut.
Clarissa menggeleng, "Tante."
Arimbawa mengernyit, "Jenguk kamu?"
Clarissa mendesah, "Tinggal disini."
"Kenapa?"
Clarissa menyandarkan punggungnya ke kepala sofa, "Tanteku tadi adalah adik dari Mama. Tante cerai sama suaminya karna suaminya selingkuh, untungnya sih gak punya anak. Trus karna Mama satu-satunya saudara yang dipunya jadi Mama ngajak tinggal disini."
Arimbawa mengangguk, "Kalau saya perhatiin, kenapa kamu keliatan gak terlalu suka sama Tante kamu?"
"Itu termasuk privasi aku. Jadi aku gak bisa ngasik tau Kak."
"Gimana kalau tukar informasi? Kamu boleh tanya privasi saya juga."
"Kakak kenapa kepo banget sama kehidupanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
Teen FictionNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...