Aku hanyalah seorang gadis pada umumnya yang mudah terbawa perasaan jika ada seseorang memberikan perhatiannya.
***
Malam harinya Clarissa tidur-tiduran sambil memeluk gulingnya di kamar. Ia memejamkan mata dan mulai membawa memorinya ke kejadian kemarin saat permainan bendera itu. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Arimbawa namun ia tahu diri bahwa ia bukan siapa-siapa. Baginya, Arimbawa terlalu misterius namun entah mengapa mempunyai sisi lembut. Dan juga Clarissa merasa bahwa Arimbawa adalah sosok yang rapuh dan butuh dukungan namun gadis jangkung itu juga ragu untuk melangkah terlalu jauh ke dalam kehidupan Arimbawa. Tak ingin terlalu larut memikirkan Arimbawa, ia pun membuka matanya dan mengedarkan pandangan menatap kamarnya.
Ting!
Ponsel di nakasnya berbunyi sehingga Clarissa cepat-cepat memeriksanya.
Saat melihat ada orang yang mengiriminya pesan dengan nomor tak dikenal, ia menjadi mengernyit.
0813xxxxxxxx : sudah tidur Nathalie?
Nathalie? Yang manggil gue Nathalie kan cuma keluarga terdekat gue sama Kak Arimbawa doang, apa mungkin ini Kak Arimbawa?, begitulah ia membatin. Sejujurnya Clarissa ingin membalas dan menanyakan siapa orang tersebut namun ia baru sadar bahwa ia tidak mempunyai pulsa.
Biasanya ia akan membeli pulsa untuk paket internet dan menurutnya di zaman canggih seperti ini ia tidak memerlukan pulsa lagi, apalagi jika melakukan transaksi pulsa dengan pelanggan, ia hanya perlu memanfaatkan aplikasi Whatsapp.
"Maaf Kak gak bisa bales." Gumam Clarissa pelan dan mengabaikan pesan itu. Namun siapa sangka bahwa ternyata nomor asing tersebut menelepon dirinya? Clarissa buru-buru memperbaiki suaranya dengan berdehem berkali-kali lalu kemudian menerima panggilan tersebut.
"Belum tidur Nathalie?" Tanya suara khas laki-laki di seberang sana.
Clarissa mendengus, "Kak Arimbawa kan ini?"
"Memangnya kamu gak simpen nomor saya? Saya udah dua kali transaksi pulsa sama kamu."
"Aku gak nyimpen nomor orang sembarangan Kak. Kalau mau transaksi walaupun dia pelanggan sejati ya tetep aku tanyain nomornya sih."
"Mulai sekarang save nomor saya ya."
Clarissa mengernyit, "Untuk apa?"
"Saya akan sering menghubungi kamu."
Clarissa diam. Ia bukan gadis polos yang tidak mengerti akan maksud kode pendekatan seperti ini. Tapi ini Arimbawa. Kakak kelas yang terkenal misterius. Lalu mengapa tiba-tiba mencoba mendekati dirinya?
"Jangan Kak, aku jarang megang hape jadi jangan hubungin aku terus." Dusta Clarissa padahal hampir tiap jam ia memegang ponsel hanya untuk nimbrug di grup Girl's Squadnya.
"Saya hubungi di jam-jam tertentu kalau begitu."
"Jangan Kak, aku gak punya pulsa."
"Saya yang akan nelpon kamu, memangnya perlu pulsa?"
"Aduh Kak jangan, kasihan pulsa Kakak nanti habis. Lagian nih ya Kak, aku jarang nerima telpon."
"Saya minta sosmed kamu yang bisa dihubungin kalau gitu."
"Hah? Aku jarang main sosmed juga Kak."
Terdengar helaan napas berat di seberang sana, "Kamu udah paham kan Nathalie maksud saya makanya kamu bersikap seperti ini sama saya?"
Clarissa gelagapan dan ingin mencari-cari alasan lagi namun ia hanya bisa mengatupkan mulutnya.
"How if I like you?" Tanya Arimbawa di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
Teen FictionNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...