Kalah menang itu sudah biasa, intinya yuk semangat yuk!
***
Di dalam rumah kediaman Hiraya, Clarissa disambut baik oleh Bunda Manuaba. Gadis jangkung itu memeluk wanita itu dengan erat. Tak lupa ia memberikan cookies titipan sang Mama. Bunda mengucapkan terima kasih banyak lalu menyuruh Clarissa untuk makan bersama nanti. Clarissa mengangguk saja dan kemudian berjalan menuju ke ruang tamu sedangkan Manuaba izin mengganti seragam.
Sembari menunggu, Clarissa mendapat pesan dari Arimbawa. Gadis itu segera membukanya.
Arimbawa : ke rumah Manuaji?
Clarissa mengernyit, merasa bingung kok bisa Arimbawa menebak keberadaannya padahal walaupun tadi sempat makan siang bersama, Clarissa tidak memberi tahu apapun.
Clarissa : kok tau? Aku curiga nih
Arimbawa : liat di jari kuku
Clarissa : aku gak percaya kayak gituan ya Kak
Arimbawa : kamu belum jawab pertanyaan saya Nathalie
Clarissa : iya, ketemu Bunda. Kangen
Arimbawa : pulang jam berapa?
Clarissa tersentak, teringat bahwa Arimbawa sering mampir ke rumahnya hanya untuk makan bersama dan sesekali berbincang-bincang dengan keluarganya. Sebenarnya Clarissa penasaran akan sesuatu, namun ia kembali mengurungkannya. Lagipula Arimbawa terlalu misterius.
Clarissa : malem kayaknya. Jangan ke rumah ya Kak, jangan nunggu kayak waktu itu
Arimbawa : oke
Clarissa syok. Tumben sekali Arimbawa hanya menjawab singkat? Apa pemuda itu marah? Tapi kenapa? Clarissa mendesah dan kemudian menyandarkan diri di sofa. Mengapa ia menjadi tidak tenang begini?
"WOY NATH!" Pekik seseorang langsung duduk di samping Clarissa.
Clarissa terkejut dan menggeplak lengan pemuda di sampingnya dengan bringas, "LO TUH SANTAI DIKIT BISA GAK SIH?!"
Pemuda itu hanya terkekeh dan dengan kurang ajarnya menaruhkan kepala di bahu Clarissa, "Kangen Bunda? Sama siapa kesini?"
"Iya, sama Kak Aba."
Manuaji menegak dan menatap Clarissa lekat, "Dia gak macam-macam kan? Gak nyakitin elo lagi?"
Clarissa hanya tersenyum tipis membuat Manuaji mendecih.
"Kurang ajar emang Aba." Desis Manuaji menyimpulkan arti senyuman Clarissa.
"Udahlah, gue tu udah gede. Lo juga udah punya pacar, jangan aneh-aneh deh." Peringat Clarissa.
Manuaji mendesah dan menaruh kepalanya kini seenak jidat di pangkuan Clarissa. Clarissa melotot namun membiarkannya saja. Lagipula Manuaji sejak zaman orok memang sering bermanja-manja padanya, namun lebih dominan ke menyebalkan.
"Gue udah putus." Adu Manuaji menatap Clarissa dari bawah.
"Loh kenapa?"
"Jessica lama-kelamaan posesif anjir. Gue becandain cewek lain aja langsung ngancem, ngambek. Gue heran dah sama tu cewek. Awal-awal kalem njir eh baru ngelunjaknya sekarang mentang-mentang gue nge-dewi-in dia."
Clarissa terkekeh, "Lo tuh kurang-kurangin deh mainin cewek. Emang kalau status lo jomblo bakalan mati? Belum tujuh belas tahun aja udah sok-sokan jadi fakboi."
Manuaji memberenggut, "Bahaya Nath kalau gue jomblo. Banyak cewek pada ngedeket. Serem njir. Gue butuh pawang yang tangguh."
Clarissa menyentil kening Manuaji sampai membuat pemuda itu meringis, "Alasan." Cibir gadis itu membuat Manuaji terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
Teen FictionNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...