Ada yang berani nyentuh dia, urusannya sama gue!
***
Indira dan Rebecca sampai di salah satu warung yang sempat mereka lewati tadi. Mereka masih menangis, merasa tidak berguna menjadi sahabat. Selama mengenal Clarissa satu tahun-an, gadis jangkung itu sudah banyak berkorban. Maka dari itu, Indira sering membebaskan Clarissa menggunakan kendaraannya dan bahkan menraktir sahabat-sahabatnya pakaian gratis jika shopping sedangkan Rebecca sering menraktir makanan, lalu Sonia sering membantu dalam pelajaran. Mereka saling membalas satu sama lain. Jadi wajar jika sekarang mereka berdua menangis karena telah meninggalkan sahabatnya itu.
"Eh Mbaknya berdua kok nangis? Sini-sini masuk dulu Mbak. Di belakang ada halaman luas. Mari Mbak. Ramai kok disana." Ajak wanita paruh baya berbadan besar menyodorkan tisu pada Indira dan Rebecca.
Mereka mengikuti wanita yang diperkirakan menjadi pemilik warung yang terlihat cukup kecil itu namun ternyata saat mereka menginjak di halaman yang dimaksud, halaman itu benar-benar luas dan bahkan ada banyak laki-laki disana dengan jaket bertuliskan "Ventura".
Spontan Indira dan Rebecca saling bertatapan. Jadi ini markasnya Ventura?
"Mas Hizkia ini temennya!" Teriak wanita itu hingga membuat ketua Ventura yang sedang mengompres pipinya segera menoleh dan terkejut saat menyadari dua junior perempuannya berdiri di samping pemilik warung.
"Yang!" Seru Arya segera mendekati Indira dan mendekap gadis itu untuk menenangkan gadis itu yang menangis, "Kenapa Yang?"
"Pacarnya toh Mas? Mereka nangis di depan warung. Ibu gak tega jadi ajak kesini aja. Itu jaket Mbaknya ada nama sekolahnya Mas-Mas disini." Ujar wanita itu.
"Iya pacar saya Bu. Makasi ya sudah diajak kesini Bu." Ujar Arya sembari mengusap rambut Indira sayang.
"Kalau gitu, Ibu balik ke depan ya. Ada orang belanja."
"Iya Bu." Sepergian wanita itu, Arya menguraikan pelukan dan menatap Indira dalam, "Kenapa Yang? Kok bisa disini? Nyasar atau gimana?" Indira tidak menanggapi. Gadis cantik itu masih terus menangis, "Hei kok nangis mulu? Ada apa?"
Inti Ventura yang lain tiba-tiba saja sudah mendekat dengan Saka yang menyapa sang mantan gebetan dengan tengil, bahkan masih sempat modus memeluk Rebecca yang jauh lebih pendek darinya.
"Lo berdua kenapa bisa kesini?" Tanya Hizkia. Arimbawa memindai, mencari-cari siapa tau ada sosok Clarissa.
"Kalian temennya Clarissa kan ya? Gue sering liat di kantin. Clarissa gak ikut? Tuh cewek bar-bar suka banget nongki-nongki, rasanya gak mungkin kalau kalian pergi gini tanpa dia." Celetuk Manuaji.
"Clarissa... dia... ikut. Tapi..." Jawab Indira masih dalam rangkulan Arya. Isakannya terlalu keras hingga Indira sulit berbicara.
"Nath-Clarissa dimana sekarang?" Tanya Arimbawa meralat panggilan Clarissa karena teman-temannya pasti lebih mengenal nama Clarissa dibandingkan Nathalie.
"Clarissa kenapa Yang?" Tanya Arya lembut.
Indira semakin terisak dan Arya dengan sigap membawa sang kekasih ke dalam pelukan.
Arimbawa mulai merasa takut, panik, dan cemas. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan gadisnya Melihat Indira yang seperti itu, Arimbawa memilih meminta jawaban dari Rebecca yang terlihat sedikit lebih tenang daripada Indira.
"Clarissa dimana?" Tanya Arimbawa sebenarnya lupa dengan nama Rebecca jadi ia hanya mendekati gadis mungil dalam pelukan Saka itu.
Rebecca menelan ludah susah payah saat Arimbawa menatapnya tajam, "Clarissa nyuruh kita pergi sedangkan dia... ditahan Kak Xabiru." Jawabnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SELLER
Fiksi RemajaNathalie Putri Clarissa adalah seorang gadis SMA yang bersekolah di JBS. Tingginya mencapai 170 ke atas. Rambutnya panjang melebihi bahu. Tubuhnya langsing bak model terkenal. Memasak adalah kemahirannya. Auranya ceria dan positif. Sifatnya ramah da...