Seperti biasa, jika ingin bertamu ke rumah orang kita harus mengetuk pintu terlebih dahulu. Agar tidak terkesan kurang sopan karena langsung masuk tanpa permisi. Itulah yang dilakukan Ustadzah Nada, ia mengetuk pintu kamar yang diberi nama anggrek.
Sambil mengucap salam, Ustadzah Nada mengetuk pintu tiga kali. Hingga terdengarlah jawaban salam dari dalam sana, dan segera membuka pintu. Tampaklah seorang gadis yang seumuran dengan Davira membuka pintu, dan beberapa gadis lagi di dalam sana.
"Alishba, ini Davira yang akan menjadi teman baru kalian sekaligus sekamar kalian. Tolong nanti dibantu, ya, temannya." ujar Ustadzah Nada diiringi senyuman.
Gadis yang bernama Alishba itu menatap Davira. Masih awam, itulah yang ia tangkap dari sosok penghuni baru ini. Senyumnya mengembang saat Davira menatapnya, tapi bukannya membalas, malah mendelik melihat keramahan Alishba.
"InsyaAllah, Ustadzah. Kami akan mendampingi saudari kami yang satu ini." tutur gadis berjilbab lebar itu sambil tersenyum ramah.
"Alhamdulillah kalau begitu. Saya pamit dulu,ya, masih ada urusan." pamit Ustadzah Nada. "Davira, jangan lupa berkenalan sama mereka biar lebih akrab. Kamu jangan nakal, ya." imbuh Ustadzah Nada sebelum benar-benar pergi, sebelumnya ia sudah mengucap salam.
"Assalamu'alaikum, Davira. Saya alishba, ketua kamar di sini. Semoga betah, ya!" seru Alishba.
Dia mengulurkan tangan bertanda mengajak Davira salaman. Namun, gadis yang memakai pashmina itu malah mengacuhkannya.
"Ck! Kapan masuknya?" omel Davira yang sudah tidak sabar untuk merebahkan tubuh.
Alishba menggelengkan kepala pelan, "kalau ada orang ngucap salam itu dijawab dulu. So-"
Tak ingin menunggu lebih lama lagi, Davira langsung masuk tanpa memerdulikan ekspresi Alishba. Sudah jelas gadis itu merasa kesal tapi, masih mencoba untuk bersabar. Ia hanya mengikuti Davira dari belakang dan menunjukkan kasur milik gadis itu.
Tawaran Alishba untuk membereskan pakaian Davira disambut baik gadis itu, hingga ia langsung merebahkan diri di kasur tanpa penyangga, hanya kasur lipat yang langsung bersentuhan dengan lantai.
Penghuni kamar anggrek bertambah lagi satu orang, hingga jumlahnya sekarang empat orang. Kamar ini cukup luas, bersih, dan juga terawat. Sepertinya penghuni kamar ini rajin beres-beres dan juga memang selalu bersih.
Belum sempat mereka semua berkenalan, Davira sudah terlelap menjemput alam mimpinya. Gadis itu terlihat lelah sekali, mungkin efek dari perjalanan yang cukup panjang.
***
"Vi, kamu gak papa 'kan?" jelas sekali jika Alishba khawatir.
Bagaimana tidak? Davira sudah tiga kali keluar-masuk toilet, sepertinya efek makanan pedas tadi siang sudah muncul. Belum berbicara sepatah kata, ia kembali masuk ke bilik toilet membuang semua sisa makanan tadi siang.
Lemas, itulah yang dirasakan Davira. Tenaga yang tadinya sudah berkumpul menguap begitu saja, habis untuk mengeluarkan metabolisme tubuh.
Tak lama kemudian, Davira sudah keluar. Ia berjalan dengan berpegangan pada dinding, langkahnya lunglai karena lemas.
Sebagai teman yang baik, Alishba berinisiatif membantu Davira. Ia menopang tubuh temannya dengan mengalungkan lengan Davira ke lehernya. Awalnya ia ingin membawa gadis itu ke UKS, tapi Davira menolak dan ingin kembali ke kamar saja.
"Astagfirullahalazim, itu kenapa, Lish?" tanya Ghina saat menjumpai Davira yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Tak tinggal diam, Ghina turut membantu Alishba membopong tubuh Davira hingga ke kasurnya. Gadis itu direbahkan, membuka pashmina yang tadi sempat tersampir di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davira'S Story [END]
Teen FictionMenjadi seorang wanita bukanlah sesuatu yang bisa membuat aktivitas terbatas, jika bertingkah layaknya seorang lelaki bukanlah suatu masalah memang. Yang jadi masalah itu sikap yang benar-benar menduplikat seorang pria. Itulah Davira, yang namanya...