41.Pujian

43 21 32
                                    

𝗛𝗮𝗽𝗽𝘆 𝗥𝗲𝗮𝗱𝗶𝗻𝗴<𝟯

Tidak terasa, sudah sebulan pesantren Darul Ma'wah kembali beraktivitas. Para warga dalam pondok hidup rukun dan damai meski ada beberapa yang suka mencari masalah. Ruangan kelas selalu ramai dengan pertanyaan-pertanyaan para santri yang begitu antusias mengikuti pelajaran.

Hari ini akan menjadi hari yang
membahagiakan untuk semua orang, akan diadakan sebuah festival keagamaan dengan serangkaian lomba yabg sudah ditentukan. Setiap kamar harus mengikuti salah satu atau bisa juga semua lomba, walau tidak semua anggota dalam kamar itu mengikuti acara.

Persiapan dilakukan sejak pagi, tentu acara belajar-mengajar tetap berlanjut dengan sedikit kebisingan. Karena ini hari jum'at, maka pelajaran akan selesai lebih awal yang artinya bisa istirahat lebih awal juga untuk menghadapi tantangan dari para pendiri acara.

Kesenian, olahraga, dan dalam segi keislaman semuanya dihanyutkan dalam acara ini. Hadiah bagi pemenang belum diungkapkan, sebab itu katanya akan menjadi surprise bagi orang yang beruntung.

"Li, punya tissu nggak?" itu suara Davira. Mereka sedang di kamar menikmati waktu istirahat yang hanya beberapa menit saja, sebentar lagi khutbah jum'at berakhir yang berarti shalat akan ditunaikan.

Si pemilik nama yang dua pekan lalu baru keluar dari rumah sakit langsung mengoper sekotak benda yang diminta Davira tadi, seperti biasa gadis itu tidak banyak bicara.

Untuk waktu yang panjang, keheningan diantara penghuni kamar anggrek terjadi. Entah mengapa, Davira tidak terlalu banyak bicara kali ini. Memang, itu lebih. baik dari yang sebelumnya tapi, kalau boleh jujur teman-temannya lebih suka jika Davira yang dulu kembali; cerewet.

Jika diam seperti ini, agaknya gadis itu bagai menyembunyikan sesuatu dari mereka semua. Tidak ada yang menginginkan jika Davira menyembunyikan masalah serius dari mereka, kalau itu privasi seharusnya jangan diam saja, cobalah untuk membaur bersama teman-teman dan kembali tersenyum.

Namun, sepertinya Davira tidak menghadapi masalah apapun. Dia diam karena mungkin sedang fokus mengerjakan apa yang di hadapannya. Tissu milik Liya sudah dikreasikan menjadi bentuk bunga. Begitu-begitu Davira suka membuat kerajinan, meski abal-abal.

"Lo ngapain?" Ghina yang sedari tadi rebahan bertanya, kepalanya menoleh ke kasur Davira yang sudah berantakan gara-gara kertas dan tissu.

Alishba sudah memperingatkan agar tidak membuat wilayah Davira berantakan seperti sekarang, selain Davira jarang membersihkan dia juga biasa meninggalkan kasurnya tanpa dibersihkan dahulu. Katanya, ada Alish cantik yang bisa membantunya menyingkirkan sampah-sampah itu.

Padahal Alishba seperti itu karena Davira yang memelas minta dibantu. Jika sudah bersih barulah Davira membalasnya dengan kata 'terimakasih' yang diselipi senyum lebar. Menyebalkan memang, tapi, siapapun yang melihatnya akan ikut tersenyum.

"Lagi masak ayam, Lo mau?"

"Idih, masak ayam darimananya? Orang Lo lagi buat sampah!" seru Ghina merasa dipermainkan. Ia menatap jengah bocah yang masih sibuk membenahi burung bangau dari kertas origami hasil meminta pada ustazah Nada.

"Makanya, sebelum nanya liat dulu," sungutnya dengan nada menyebalkan. Kalau sudah seperti itu, lawan bicaranya tidak akan membalas lagi. Jika terus meladeni Davira, itu tidak akan ada ujungnya. Yang ada malah permasalahan itu terus memanjang dan tidak sampai diekor permasalahan atau kesimpulan.

Kebetulan informasi dari panitia lomba menyatakan jika kamar yang ditempati para santri akan dinilai kebersihan juga kerapiannya. Itulah mengapa penghuni kamar anggrek membersihkan setiap sudut kamar sampai langit-langit tempat sarang laba-laba berada.

Davira'S Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang