14

5.2K 641 99
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Mentari bersinar terik menyengat, bunyi klakson bersahut-sahutan berebut jalanan yang padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari bersinar terik menyengat, bunyi klakson bersahut-sahutan berebut jalanan yang padat. Suara-suara pedagang saling bersahutan. Semua bersikap pongah tak mau mengalah pada manusia lain. Masih sama, selalu minta dimengerti tapi tak pernah mau mengerti manusia lain!



Jaemin peluk erat koran dalam pelukan, terduduk di emperan jalan sambil menanti lampu merah. Bersama mentari yang bersinar terik, pipinya memanas merah mengingat adegan tempo hari kala ciuman terjadi antara ia dan Jeno. Ciumannya sudah berlalu beberapa hari, namun bekas rasanya masih tertinggal bersama dada yang bergemuruh hebat kala ingatan kembali mengulang reka tersebut.



Semenjak ciuman singkat dan Jeno secara tiba-tiba menyeretnya pergi ke kampus pun dengan pipi yang sama-sama bersemu merah seperti Jaemin, si kakak tingkat secara tiba-tiba lebih sering menemuinya, memakinya tanpa alasan yang jelas, atau bahkan menyeretnya secara tiba-tiba. Apa Jeno sedang salah tingkah? Pikir Jaemin, Haya asumsinya saja.


"Heh kerja!" Sebuah tepukan keras Jaemin terima dikepala, buatannya menjadi pusing. Ia menoleh dan menatap keponakan Pak Raden berdiri berkacak pinggang menatapnya.



"Kerja! Jangan leha-leha, terus uang setorannya nggak cukup!" Namanya Karil, saat ini bocah tersebut masih duduk dibangku kelas sepuluh SMA, dan terpaksa turun kejalan untuk menggantikan tugas Pak Raden.


"Iya iya, cuma istirahat sebentar kok" Jaemin tepuk-tepuk pantatnya yang kotor sebelum akhirnya berjalan mendekati Karil "Kamu baru pulang les? Mau kakak beliin makanan dulu nggak?" Tanyanya,

"Haha" Karil terkekeh sesaat "Mau beliin makanan? Pakai uang hasil koran? Sama dengan pakai uang keluarga gue? Lo sebenarnya mau cari muka? Emang mukamu ini belum cukup buat bertahan hidup didunia apa?!" Ia tatap yang lebih dewasa dari ujung kaki hingga ujung kepala lalu kembali berdecih kesal.

"Enggak Ril, maksudnya kakak tuh bukan gitu. Uang buat storan udah aku simpan kok, ini uangku pribadi. Mau?"

"Mana uangnya?" Todong Karil, anak yang masih menenteng tas punggung itu berdecih kala sosok didepannya malah mengerjapkan matanya beberapa kali seperti orang idiot! "Cepat, lambat banget jadi manusia!" Sepasang tangan Karil tak sabaran akhirnya merogoh sendiri di tas kecil yang Jaemin kenakan.

Macarons_NM✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang