(A) 1

23.2K 1.4K 141
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..

Burung berkicau begitu nyaring di batang pohon, bak tengah membicarakan hal penting pada rekan sesama burung disana, atau malah tengah membicarakan perihal para manusia yang masih tidur lelap dibalik selimut?

Salah seorang anak berusia delapan belas tahun berlari tergopoh-gopoh menuntun sepedanya menyusuri jalanan. Mulut bocah itu tak henti-hentinya merancu dan menyalahkan keadaan, namun tangan kiri tetap dengan telaten melemparkan koran-koran di beberapa rumah yang berlangganan.

"Huh nyebelin, ngasih kabar dulu kek kalau mau bocor!" Kesalnya pada sepeda tua yang ia tuntun menyusuri jalanan menanjak.

Penampilannya tak memperlihatkan bahwa ia adalah tukang loper koran, ia berdandan begitu necis dengan kemeja putih dan celana bahan berwana hitam, juga sepatu pantofel kebesaran hasil meminjam milik sang kakak yang ia sumpal dengan kertas bekas agar tak mudah lepas, tas ransel berisi banyak perlengkapan pun nyaman bertengger di punggung sempitnya, nampak begitu berat namun tak menyurutkan niatnya melangkah menyusuri jalanan pagi nan becek bekas hujan semalaman suntuk.

"Pak Raden!!!" Ia berteriak kegirangan memanggil jurangan koran yang mempekerjakan, bibirnya menyunggingkan senyum begitu mempesona dengan pernik ikut tersenyum.

"Loh kok pagi banget?" Pak Raden, lelaki tambun berambut ashgrey, atau hitam berbaur dengan uban dan berbaju batik nampak tersenyum menyambut kehadiran pegawainya tersebut.

"Lihat dong" Ia menyenderkan sepedanya lalu berlagak memamerkan baju yang ia kenakan.

"Loh mau jadi seles sekarang?" Tanya pak Raden.

"Haduh... Kok seles? Mau berangkat ke kampus ini, anak kuliahan" Ia berkacak pinggang, mencoba bersikap pongah pada Pak Raden.

"Waduh, keren banget. Yasudah cepetan ke kampus sana!" Pak Raden tersenyum menyambut, jemari retanya terangkat membenarkan dasi hitam Jaemin yang tak rapih.

"Loh ngusir!?"

"Loh kok bentak saya?!" Sanggah pak Raden.

"Ehehehe enggak pak. Ini emang saya mau ke kampus, tapi lihat deh bocor ban sepeda Nana pak" Nana, atau Jaemin. Anak remaja dewasa berusia delapan belas tahun yang kesehariannya berdagang koran dipagi hari.

Macarons_NM✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang