Pelan-pelan aja, ini panjang dan membosankan. Semoga kalian tetap betah baca chapter ini supaya dapat jawaban.
.
.
.
.
."Jaemin maafin gue..."
"Jangan pergi!..."
Jeno kian bawa kakinya berlari susuri jalanan basah, matanya mengabur kala hujan kian tumpah ruah dari langit.
'Janji apa?'
'Kalau aku nggak bisa bikin kakak percaya sama dunia, aku akan menghilang' Jeno menggelengkan kepalanya dengan ribut, hatinya bergemuruh ribut kala ketakutan dalam kepalanya kian menjadi-jadi membentuk skenario menakutkan.
"JAEMIN!" Ia berteriak, memanggil bayang seseorang yang sayangnya kala punggung orang tersebut nyaris disentuhnya paras lain yang ia dapatkan. Jeno membungkuk meminta maaf pada orang tersebut lalu kembali susuri taman yang kian gelap dan riuh oleh hujan.
"Aden!" Sopirnya menarik lengan Jeno, coba hentikan tindakan konyol sang majikan yang sejujurnya tak membuahkan hasil apapun "Den Jaemin mungkin nginep ditempat mas Jeonghan? Atau salah satu temanya di kampus? Atau malah den Soobin tau keberadaan den Jaemin?"
Bahu Jeno secara refleks mengendur. Kenapa ia tak terpikirkan akan beberapa pilihan yang sopirnya berikan? "Aden berteduh dulu deh, yuk? Bapak ambilin baju ganti" Ditariknya Jeno untuk duduk dibawah gazebo, sedang Pak Rahmat berlari menuju mobilnya.
Seperginya pak Rahmat, Jeno kian peluk tubuh yang menggigil "Jaemin... Kamu dimana?" Tanyanya "Kamu baik kan?" Tanyanya lagi.
Dari sekian rentetan waktu antaranya dan Jaemin, mengapa Jeno gagal memberikan rasa aman pada orang yang memberikannya rasa nyaman? Jaemin berhasil mengenalkan rasa cinta padanya, lalu ia gagal membuat Jaemin merasa dicintai. Jeno tersenyum miris setelahnya, ia ingin kembali ke waktu ia bisa mencegah, Jaemin harus dengar bahwa Jeno juga mencintai Jaemin. Lantas, apa dia masih punya kesempatan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Macarons_NM✅
Fiksi PenggemarKisah si aneh, unik, dan enerjik Jaemin yang jatuh cinta secara tiba-tiba pada si kakak tingkat yang dingin namun mampu menghangatkan hatinya yang kesepian. NOMIN JENO JAEMIN