24 -

4.7K 446 265
                                    

Cerita ini hanya fiktif ya. Nggak boleh marah sama tokoh aslinya, kalau mau marah sama aku aja.



.

.



.


• 🎼 Tiara Andini Merasa Indah




...






Opera Tuhan. Kadang disuatu masa alam begitu baik dengan segala kebaikan yang terjadi di bumi. Antara mentari pagi sampai mentari senja yang memerah akan selalu ada kebahagiaan tercipta dari hal-hal kecil. Namun disuatu masa lain nafas begitu tersengal angkuh dan putus asa. Dunia begitu gelap dan menakutkan.






Disuatu masa manusia bersyukur akan kehadirannya di bumi, di waktu lain mereka sakit karena hidup di bumi dengan segala kesakitan dunia. Tak perduli berapa luka yang mereka terima hal baik tak pernah muncul.



Mengapa?






Jam empat pagi. Untuk pertama kalinya Jeno sambut pagi dengan kepala dingin penuh angan. Ia tatap pantulan diri di cermin saat setelah membasuh muka. Baru saja ia hendak turun kelantai bawah menuju dapur berkutat dengan gandum dan segala kawanya kalau-kalau saja matanya tak melihat bayang mama dikamar.






Ughh

Ia berjalan mendekat, mengintip disela pintu lalu temui dua orang dewasa tengah bercumbu mesra diiringi lagu klasik yang mungkin sanggup buat gairah meningkat. Suara kecipak terdengar mengalun bersama lenguhan suara mama.




Giginya bergelematuk dengan dua tangan disamping saling terkepal "BERENGSEK!" Ia buka pintu kamar mama lebar-lebar hingga pintu mengantup dinding begitu keras. Saklar lampu lekas ia tekan hingga dua orang tanpa sehelai kainpun terburu menarik selimut.

"ANJING!" Ia berjalan mendekat, tarik lelaki tanpa buasana tersebut meski mama menahanya "Kalian tau nggak sih apa yang kalian lakuin?" Nafasnya memburu namun lelaki yang usianya jauh lebih muda dari mama hanya menunduk sambil tutup kemaluannya dengan dua tangan.

"JENO!" Mama berbalut selimut tebal mendekatinya. Wajahnya memerah dengan mata berkaca-kaca "Jangan gitu nak, kamu salah paham"


"Ok kalau gue salah paham. Cepet jelasin!" Tantangnya namun dua orang disana hanya saling lempar pandang.




"Cih! Nggak bisa kan?! Lo— Tunjuknya pada lelaki yang masih berdiri membisu— perempuan didepan Lo ini nyokap gue! Janda! Dia ninggalin suaminya waktu suaminya terpuruk. Tapi Lo tau? Semua isi rumah ini punya bokap gue tanpa terkecuali! Kalau Lo mikir nikah sama perempuan ini terus semua rumah dan seisinya bakalan jadi milik Lo. Demi Tuhan Lo salah!" Jeno dorong pundak lelaki tersebut hingga hampir tersungkur namun lagi-lagi mama menahanya.




"Mau bunuh gue secara perlahan atau gimana mah?" Tanya Jeno.


"Udah cukup loh selama ini bikin dunia gue nggak baik-baik aja. Mamah hidup tuh nggak cuma buat mama. Ada gue kalau Lo lupa! Gue segumpal darah yang Lo lahirin ke dunia terus Lo hancurkan gitu aja. Dan Lo masih nyari pembenaran atas bahagia Lo? Tanpa terbesit 'Jeno baik-baik aja apa enggak ya?' atau 'Gue sakit banget hidup begini, Jeno lebih sakit nggak ya?' nggak kan?" Jeno tunjuk sang mama. Hatinya sakit menunjuk-nunjuk wajah perempuan kesayangannya. Namun setidaknya ia juga ingin mama tahu bahwa ia ada didunia karena mama, beberapa hal dalam hidup mama juga mempengaruhi Jeno.







Ia bangkit kala dua orang disana tak bereaksi apapun. Ia tarik lengan lelaki yang masih bugil. Tanpa beri waktu untuk membenahi pakaian ia seret lelaki tersebut keluar rumah.











Macarons_NM✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang