Chapter 11 : Angry Inside

792 100 2
                                    

Jaemin tampak menulis tugas sekolahnya di ruang tengah ketika mendapati Renjun tiba-tiba duduk di depannya dan menumpukkan kepala ke meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin tampak menulis tugas sekolahnya di ruang tengah ketika mendapati Renjun tiba-tiba duduk di depannya dan menumpukkan kepala ke meja. Wajahnya ia tutup dengan tangan.

"Kenapa Renjun?"tanya Jaemin bingung karena tindakan mendadak Renjun.

"Lelah Jaem,"kata Renjun membuat Jaemin menghentikan acara menulisnya.

"Lelah karena apa? Kalau lelah istirahat dulu,"kata Jaemin. Renjun mengangkat kepala lalu menopangnya dengan tangan kanan. Menghela nafas kasar.

"Memang bisa? Jadwal saja masih berjejalan,"kata Renjun. Jaemin ikut menghela nafas.

"Kalau itu aku juga tidak bisa apa-apa Renjun,"kata Jaemin sedih.

"Kenapa ya, Jaem, Yunho Sajangnim harus pergi ke Amerika? Dulu rasanya menyenangkan sekali. Memang popularitas kita tidak sebaik sekarang. Tapi rasanya bahagia. Kita mendapat cukup waktu istirahat. Kita mendapatkan hak kita, tidur cukup, istirahat cukup, dan mendapat waktu untuk pulang ke rumah,"kata Renjun, sedikit sendu menyebut rumah. Sungguh, ia sangat merindukan rumahnya sekarang.

"Jangankan kau yang di Cina, Renjun-ah, jika orang tua kami tidak nekat mengunjungi kami, kami pun juga tidak bisa pulang,"kata Jaemin sedih. Sama seperti Renjun, ia juga belum pulang ke rumah sejak setahun lalu. Padahal rumahnya cukup dekat, di daerah Jeonju. Cukup ditempuh dengan mobil, tidak perlu menggunakan pesawat seperti Renjun.

"Minimal orang tua kalian bisa datang berkunjung ke dorm,"kata Renjun membuat Jaemin tersentak, merasa salah bicara.

"Maaf Renjun, aku tidak bermaksud,"kata Jaemin. Renjun tertawa kecil.

"Astaga, Jaemin, tidak masalah,"kata Renjun. Ia kembali menumpukan dagunya ke meja. Jaemin kembali menulis tugasnya.

"Jeno tidak ikut mengerjakan tugas bersama?"tanya Renjun. Jaemin melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10 malam.

"Tidak. Masih ada jadwal sampai jam 12 katanya. Paling nanti mencontek tugasku,"kata Jaemin. Sebenarnya mereka jarang datang ke sekolah. Hanya saja tugas masih wajib mereka kerjakan.

"Malam sekali. Padahal besok jadwal pagi. Kenapa tidak ditolak saja?"tanya Renjun heran. Jaemin mengedikkan bahu.

"Memang agensi pernah menolak jadwal jika melihat jadwal kita sepadat ini?"tanya Jaemin sambil tertawa kecil. Renjun ikut terkekeh.

"Jawabannya pasti tidak. Huh, mereka yang menyusun sih mudah saja, tidak memikirkan betapa sulitnya kita mengikuti semua jadwal,"kata Renjun frustasi. Jaemin mengedikkan bahunya.

"Seharusnya sesekali kita bertukar peran. Supaya mereka bisa merasakan betapa gilanya jadwal yang mereka susun,"kata Jaemin penuh dendam. Renjun meringis lalu memegang kedua pipi Jaemin, mengatakan bahwa Jaemin sangat menggemaskan. Jaemin hanya meringis, menurut saja.

Tak lama, Haechan keluar kamar dengan wajah pucat. Ia berjalan sempoyongan ke arah dapur. Jaemin beranjak dengan wajah khawatir.

"Cari apa Haechan-ah?"tanya Jaemin melihat Haechan sedang mengobrak abrik kotak obat.

Rainbow In Your Eyes [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang