Mark baru saja keluar dari ruangan Jaemin. Ia sempat ikut kedua orang tua Jaemin menerima penjelasan dokter mengenai kondisi Jaemin. Sekarang kedua orangtuanya dan Jeno masih berada di dalam, menunggui Jaemin dengan kekhawatiran yang teramat sangat.
"Mark,"panggil Manager Han ketika ia keluar. Semua member memilih untuk duduk di luar, membiarkan keluarga Jaemin mendapatkan sedikit privacy-nya di dalam. Mark mendekati mereka dan duduk di sebelah Jisung. Lagi pula pembicaraan mereka ini tidak pantas dibicarakan di depan keluarga Jaemin.
"Bagaimana kondisinya?"tanya Haechan.
"Ia sudah sadar sejak tadi. Hanya mengeluh sakit kepala, lemas, dan suhu tubuhnya masih tinggi, tapi selebihnya baik-baik saja,"terang Mark membuat semua member menghela nafas lega.
"Mark, apakah kau sempat menanyakan kepada Uisa berapa lama Jaemin harus dirawat?"tanya Manager Han, mengingat pesan dari Louis Sajangnim tadi saat berita tentang NCT Dream membanjiri semua platform.
"Seharusnya dengan kondisi fisiknya, Jaemin bisa rawat jalan hyung. Bahkan asal kepalanya sudah tidak sakit lagi dan demamnya sudah turun, ia diperbolehkan pulang besok pagi,"terang Mark. Manager Han mengangguk mengerti.
"Sebenarnya jadwal di Paju besok sulit untuk dibatalkan Mark. Seharusnya kalian lengkap bertujuh. Louis Sajangnim menegaskan hal itu tadi,"kata Manager Han. Renjun menggenggam tangannya erat, menahan emosi. Bahkan dengan kondisi Jaemin sekarang, bukannya memaklumi dan mengurangi jadwal, justru tetap menyuruhnya memenuhi jadwal yang telah tersusun.
"Masalahnya ada disini, hyung,"kata Mark, seolah mengerti karena memang jadwal minggu ini sedang padat-padatnya. Semua orang menoleh padanya dengan wajah terkejut.
"Jeno menceritakan kepada dokter bahwa Jaemin sering mengonsumsi obat tidur akhir-akhir ini. Dokter sempat memeriksa darahnya dan dosis obat tidur serta antidepresan yang ia minum benar-benar tinggi. Itu berakibat buruk pada fisiknya sehingga menyebabkannya pingsan tadi,"jelas Mark lagi membuat semua yang mendengarnya menarik nafas.
"Dokter yang menanganinya tadi merujuknya pada Uisa Park yang sempat menangani Jaemin dan psikiater yang memberinya obat. Psikiater tidak pernah meresepkan obat tidur pada Jaemin. Jaemin membelinya sendiri,"cerita Mark lagi.
"Lantas bagaimana hyung?"tanya Chenle karena Mark terdiam agak lama.
"Uisa Park meminta Jaemin tidak keluar rumah sakit besok karena ia ingin Jaemin mendapat perawatan. Ketergantungan obat tidur pada pasien seperti Jaemin tidak akan baik untuk jangka panjang. Jaemin butuh terapi segera sebelum kondisi fisiknya ikut memburuk,"kata Mark lagi. Manager Han menggigit bibirnya khawatir. Ia tak bisa memaksa lagi. Orang tua Jaemin ikut mendengarnya, sudah pasti mereka akan berang apabila Jaemin masih dipaksa bekerja esok hari. Walaupun kondisi fisiknya baik-baik saja, tapi kondisi mentalnya tidak.
"Manager Han, bisakah kali ini, sungguh, kami tampil berenam saja? Kami yakin penggemar akan mengerti. Jaemin tumbang di depan mata mereka sendiri,"pinta Renjun membuat Manager Han menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow In Your Eyes [✓]
Fanfic[COMPLETED] Berat itu seperti apa? Apakah ketika rasa sakit menghimpit dadamu? Membuatmu ingin berhenti saat kamu merasa segalanya sudah terlalu berlebihan? Mereka hanya ingin terus bersama, tanpa peduli bahwa apa yang mereka hadapi tidak seharusnya...