Takdir selucu itu.
Jian pikir, kisahnya sudah benar-benar usai dengan pria bernama Jeon Jungkook. Setelah enam tahun mencoba bertahan dan bersikap seolah tak terjadi apapun, nyatanya, malam itu semua benteng pertahanannya luruh seketika dalam kedipan mata.
Melalui sentuhan Jeon pada tubuhnya, bagaimana pria itu membuatnya mengerang nikmat di atas pangkuannya, kulit halus yang saling bergesekan, geraman frustasi Jeon, serta kata-kata kotor tentang seberapa nikmatnya penyatuan itu terjadi setelah enam tahun tak saling bersentuhan. Peluh membanjiri, saling menetes, bibir bertauan tanpa henti. Melenguh. Memohon. Merengek entah untuk apa, Jian sudah kehilangan akal sehatnya malam itu.
Dan kini, dengan napas memburu pun peluh yang membanjiri tubuh, wanita itu seketika membuka mata. Dadanya bergemuruh hebat. Mimpi itu lagi.
Entah untuk keberapa kalinya, Jian memimpikan malam panas mereka di Jeju.
Jeju selalu memiliki kenangannya sendiri untuk Jian dan Jeon.
Jeju menjadi tempat pertama kali Jeon menciumnya. Tempat yang menjadi saksi juga alasan hubungan mereka dimulai.
Kini, Jeju menjadi tempat kenangan kembali setelah enam tahun berpisah.
Jian mendesah berat, memijat pelipisnya yang terasa sakit sebelum melirik jam di dinding kamarnya.
Pukul tujuh pagi. Akhir pekan. Wanita itu bergegas turun dari ranjang, membasuh wajah di kamar mandi dan menyikat gigi sebelum menuju kamar Senna.
Namun, suara riang dari lantai bawah membuatnya mengurungkan niat.
Jian lekas turun, melupakan fakta bahwa ia masih menggunakan gaun tidur panjang berbahan satin yang membentuk lekuk tubuhnya dengan sangat sempurna. Rambut sebahunya yang diwarnai cokelat itu agak berantakkan, walau wajahnya jauh lebih segar.
Agak sedikit terkejut ketika melihat satu buket bunga mawar merah atas nakas sebelah sofa ruang keluarga. Besar sekali, dan terdapat satu kartu ucapan di sana.
Good morning to my perfect half. Love you to pieces.
Jeon🖤
Jian memutar bola mata walau nyatanya, kedua sudut bibir itu tersungging membentuk senyuman tipis.
Semenjak berlibur bersama di Jeju sepekan yang lalu, Jeon jadi semakin berani menunjukkan atau mengekspresikan perasaan cintanya. Hal yang cukup membuat Jian ketakutan, sebab pria itu jelas menaruh harapan besar agar mereka bisa bersama.
Jian ingat, setelah mereka terengah dengan deru napas yang tak beraturan malam itu di Jeju, dengan sangat santai Jeon memeluknya erat. Lupa bahwa mereka bukan siapa-siapa. Lupa kalau ada Senna di sana. Lupa bahwa ... mereka pernah terluka dan tidak tahu kapan sembuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AEONIAN [Completed]
FanfictionHwang Jian tidak pernah mengharapkan cinta yang sempurna sementara kisahnya dimulai dari benang kusut yang tak teruraikan. Tetapi siapa yang menduga perasaannya kian membesar seiring berjalannya waktu? Jian tidak bisa mengalah. Dia menginginkan Jeo...