Silakan ditonton video ala-ala aku :""")
Bab 10
AROMA percintaan yang baru berakhir setengah jam lalu masih lebih banyak mendominasi—menyeruak dalam penghindu. Jian membiarkan Jungkook memeluknya dari belakang, menjadikan salah satu lengan berotot pemuda itu sebagai bantalan kepala. Begitu dekat tanpa jarak yang tersisa. Satu tangan Jungkook yang lain mengusap lengan Jian tanpa henti, menyalurkan kehangatan. Bagaimana lelaki itu memperlakukannya setelah bercinta—sangat membekas menjadi kenangan manis tak terlupakan.
"Aku mencintaimu, Jian," bisik Jungkook untuk kesekian kalinya. Jian menyembunyikan senyum. Berusaha menahan perasaannya yang nyaris meledak oleh kebahagiaan. Tidak menyangka, ia baru saja menyerahkan keseluruhan dirinya kepada Jungkook. Semuanya, tak tersisa.
"Kau tahu kenapa aku memutuskan untuk menjalani hubungan ini denganmu?" Jian bertanya, balik mengusap punggung tangan Jungkook yang kini memeluk perutnya di balik selimut yang menutupi tubuh setengah telanjang keduanya.
"Karena kau mencintaiku?" Jungkook menyahut percaya diri, diselingi kekehan kecil. Jian mendengus, tetapi tidak menampik jawaban lelaki itu.
"Itu sudah pasti. Namun, alasan terbesarnya karena aku tidak ingin mengalah terus-menerus," jawab Jian, memutar tubuh hingga kini mereka saling berhadapan. Jian lantas melarikan kedua telapak tangannya menyentuh dada bidang Jungkook. Menyusuri kulit halus lelaki itu dengan gerakan jari memutar.
"Maksudmu?" Jungkook membelai perlahan wajah Jian mulai dari kening, mata, hidung, dan berakhir mengusap pipi kekasihnya itu.
"Sejak kecil, aku selalu menjadi satu-satunya yang mengalah pada Jihyo. Ayah dan Ibu tidak pernah melihatku. Mungkin karena aku lahir lebih dulu?" Gerakan tangannya berhenti sejenak, kepalanya mendongak guna mempertemukan dua iris mereka yang sama kelamnya. "atau mungkin karena aku terbiasa mandiri sejak kecil hingga tidak menjadi masalah besar jika aku yang mengalah?"
Jian masih menatap Jungkook lamat. Tidak berharap Jungkook akan memberi jawaban akan pertanyaannya yang lebih mirip seperti keluhan akan getirnya kehidupan. Tidak, Jian tak mencoba mencari jawaban akan pertanyaan yang sudah ia ketahui itu. Jauh daripada mengharapkan sebuah pembenaran, Jian hanya ingin Jungkook mendengarkan keluh kesahnya saat ini. Biarlah, setidaknya, satu kali saja Jian menunjukkan sisi terlemah dalam dirinya.
"Aku jauh lebih mencintai diriku sendiri sekarang, Jeon. Rasa-rasanya selama ini sudah terlalu kejam pada diriku sendiri. Aku ingin memperjuangkan apa yang bisa membuatku bahagia. Apakah itu sebuah kesalahan?" Kembali tanya itu mengudara. Jian lantas mendunduk, merapatkan diri dan memeluk pinggang Jungkook kelewat erat. Menyembunyikan wajahnya di dada bidang kekasihnya. Kekasih gelapnya. Miris, tetapi itulah kenyataan yang terjadi sekarang.
"Tidak. Jangan pernah biarkan dirimu dipukul mundur oleh keadaan dan menyerah pada kenyataan, Jian." Jungkook mendekap erat tubuh ramping gadis itu, mengusap lembut puncak kepala serta punggung Jian penuh perhatian. Mencoba berbagi pun mengalirkan kehangatan yang ia miliki kepada Jian.
"Biarkan keinginan untuk bahagia itu menetap dalam hatimu. Sebab dengan itu kau menjadi lebih hidup." Nyatanya, sepenggal kalimat yang dilontarkan pemuda Jeon itu kepadanya cukup menyentil sisi terlemah dalam diri Jian. Gadis itu masih membenamkan wajahnya di dada sang kekasih, membiarkan satu tetes air mata jatuh membasahi pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AEONIAN [Completed]
FanfictionHwang Jian tidak pernah mengharapkan cinta yang sempurna sementara kisahnya dimulai dari benang kusut yang tak teruraikan. Tetapi siapa yang menduga perasaannya kian membesar seiring berjalannya waktu? Jian tidak bisa mengalah. Dia menginginkan Jeo...