Aeonian II : Preview

413 30 0
                                    

Senyuman masih terpatri sempurna saat Jeon menyikat gigi di depan wastafel. Kalau boleh jujur, ia persis seperti pria setengah gila yang baru saja memenangkan lotre bernilai lebih dari setengah harta yang dimiliki. Namun bukan memenangkan lotre secara harfiah, Jeon memang menang lotre semalam.

Hwang Jian, hadiah terbaik dalam hidupnya.

"Aku mau kasih ini sebagai hadiah." Jeon masih mengingat jelas bagaimana rentenan kata itu keluar dari birai manis Jian semalam. Selepas makan malam, menidurkan Nana dan Cio, mereka menghabiskan waktu berdua di kamar, menunggu rasa kantuk datang menjemput. Katanya sih, hadiah karena Jeon berhasil menyentuh titik terlemah di sudut hatinya setelah membelanya habis-habisan di depan ibu beberapa waktu lalu. Jian bahkan tidak berhenti menitihkan air mata sambil merengek sedih, separuh sebal karena Jeon selalu memiliki cara untuk membuatnya jatuh cinta berulang kali tanpa merasa bosan. Jian merasa kalah, sebab tidak bisa membuat Jeon tersentuh dengannya.

Awalnya hanya menonton Netflix bersama, walau Jeon tahu, ia takkan pernah bisa hanya berdiam diri tiapkali menonton film dengan Jian, tetapi yang semalam sungguh berbeda. Jian menyerangnya lebih dulu tatkala mereka menonton series Bridgerton di kamar.

Tatapan lugu Jian semalam benar-benar meluluh-lantahkan pertahanan Jeon. Padahal, ia setengah mati menahan untuk tidak menyentuh Jian semasa kehamilan ini. Berhasil. Jeon selalu bisa menahan, hanya bercumbu dan dry humping paling jauh. Alasannya karena pria itu takut hubungan intim bisa membahayakan kandungan Jian. Padahal, sebenarnya tidak apa-apa mengingat kini usia kandungannya sudah memasuki bulan ke delapan.

"Jeon, aku ingin—" rengekan Jian semalam itu benar-benar mengacaukan jalan pikirannya. Tidak perlu bertanya ingin seperti apa yang Jian maksud, Jeon sudah mengerti. Kata dokter Lexa, memasuki trimester ketiga ini, hasrat ibu hamil kerapkali menggebu-gebu pada beberapa kasus. Dan Jeon rasa, istrinya itu mengalaminya.

Belum memberi jawaban apa-apa, Jian sudah lebih dulu menyusupkan tangan ke dalam celana tidurnya dengan posisi saling merangkul di atas ranjang. Kendati kepala wanita itu bersandar di bahunya, tangan nakalnya tidak bisa Jeon hentikan.

"Ingin main sebentar dengan Jeon kecil. Sudah rindu." Aneh sekali, bukan? Jian bukan tipe istri yang bisa merayu, menggoda, atau malah melakukan tindakan-tindakan nakal berbau seks.

Jeon berani bersumpah, hanya dengan melihat Jian dalam balutan kaos rumaha, celana tidur panjang bermotif kelinci, bersimpuh di depannya, di atas ranjang, memberi hadiah untuk Jeon kecil saja sudah membuatnya uring-uringan setengah gila. Penisnya menegang tegak semalam, merapatkan mata, dan menikmati bagaimana Jian memberinya oral seks dengan tangan lembutnya. Tanpa diminta. Tanpa Jeon merengek, diberikan secara percuma.

"Ya ampun, aku bisa gila membayangkannya semalam." Jeon mendesis, memukul kepalanya sendiri. Memanut pantulan dirinya di depan cermin. Baru selesai mencuci wajah dan menyikat gigi. Ada ruam-ruam merah di sekitar leher dan dadanya, hasil pekerjaan Jian semalam. Padahal mereka tidak bercinta, tetapi Jian memberinya kepuasan luar biasa hanya dengan bibir pun tangannya.




***

Yuhuuuuuuu, PO udah dibukaaa yaaa jgn sampe ketinggalan nanti nyesel wkwk. Cek link wattpad & instagram akuu. 

kalo ada yg mau ditanyain, jgn sungkan yaaa :D

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang