04] If Only

684 132 63
                                    

Bab 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 4

Suara mesin motor yang berhenti di perkarangan rumah keluarga Hwang membuat Jihyo yang sedang menunggu kepulangan Jungkook di kamar meraih cardigan dan buru-buru turun menuju lantai satu untuk menyambut kehadiran suaminya. Ini sudah sangat larut, nyaris jam sebelas malam.

"Jung—kalian dari mana?" Jihyo terkesiap manakala menyadari presensi Jian yang ternyata pulang bersama Jungkook. Gadis itu langsung menghampiri Jungkook, memeluk lengannya kelewat manja; hal yang selalu dia lakukan sejak dulu bahkan sebelum mereka menikah.

"Kebetulan bertemu Jian di kampus jadi pulang bersama," kata Jungkook berusaha mengulas senyum saat merasakan tangan Jihyo yang mengusap lengannya di balik kaus.

"Kupikir kau di kamar sedari tadi," tutur Jihyo melirik Jian yang masih mengenakan jaket kulit Jungkook di pinggangnya. Rupanya tatapan itu berhasil membuat Jian tersentak dan melepas jaket tersebut untuk kemudian dikembalikan pada Jungkook.

"Terima kasih, Jeon. Good night, kalian!" Jian berucap sembari melangkah cepat meninggalkan sepasang suami istri itu di depan pintu. Tungkainya membawa gadis itu setengah berlari untuk menuju ke lantai dua.

"Sudah makan malam? Kau pasti lelah karena latihan futsal," Jihyo mengunci pintu utama rumah sebelum mengikuti langkah Jungkook menuju dapur. Kamar orang tuanya berada di lantai satu jadi sebisa mungkin mereka tidak menimbulkan suara berisik agar tidak membangunkan kedua orang tuanya.

"Sudah, kok." Jungkook menyahut seraya menegak segelas air putih. Jihyo mengangguk, "Mau aku buatkan kopi?"

Mengangguk singkat, Jungkook kemudian bertanya, "Kenapa belum tidur?"

"Aku menunggumu, Koo. Ke kamar lebih dulu, aku menyusul." Jihyo berucap sambil menyeduh kopi instan. Tak membantah, pemuda itu beranjak pergi meninggalkan dapur untuk membersihkan diri di kamar.

Jihyo tersenyum tipis. Sangat bahagia bisa melakukan hal-hal kecil untuk Jungkook seperti saat ini, membuatkan kopi untuk suaminya.

Kalau boleh jujur, sejak mereka saling mengenal di usia tiga belas tahun, Jihyo selalu berandai-andai kelak menjadi istri dari sahabatnya, Jeon Jungkook. Jihyo menyukai pemuda bermarga Jeon itu sedari dulu, bahkan secara terang-terangan menunjukkan ketertarikannya kepada Jungkook. Lebih dari sekadar sahabat. Maka dari itu beberapa bulan lalu, saat ayahnya bertanya apa impian terbesar dalam hidupnya, Jihyo dengan lantang menjawab; impianku menikah di Gereja bersama Jungkook.

Jihyo tersentak dari lamunannya manakala lampu ruang tengah menyala. Ibu melangkah menghampirinya, menautkan alisnya heran melihat presensi Jihyo malam-malam di dapur.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa belum tidur?" Ibu bertanya cemas, mengusap lengannya yang ditutupi cardigan berwarna cokelat.

Jihyo tersenyum manis lalu menyahut tanpa berusaha menyembunyikan rasa bahagianya. "Membuat kopi untuk Jungkook."

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang