06] Pretending

667 125 49
                                    

Bab 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 6

Setidaknya, sekali dua kali dalam hidup, Jian pernah mendengar frasa tentang perasaan yang tepat di waktu yang salah. Tentang kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan pada awalnya kemudian berujung tragis akibat keadaan serba salah yang membelenggu.

Barangkali itulah gambaran yang tepat tentang dirinya dan Jungkook saat ini. Sebisa mungkin menolak jalan pikirannya sendiri mengenai kenyataan bahwa mungkin Jungkook juga merasakan hal yang sama sepertinya. Kendati hatinya berbisik, kejadian sebulan lalu di Jeju bukan kesalahan semata, nyatanya, Jian memutuskan kembali kalah oleh akal sehatnya. Menolak gejolak dalam dirinya sendiri. Desiran aneh yang merambat di hampir semua aliran darahnya, disimpulkan sebagai kesalahan kecil yang tak berarti apa pun.

Pada awalnya tidak menyangkal perasaan bahagia sebab secercah harapan itu seolah datang menghujaminya dengan perasaan yang tak dapat dijabarkan oleh untaian kata. Akan tetapi, semua itu hanya sementara. Tepat sekitar tiga minggu yang lalu, saat kabar mengenai pernikahan antara Jungkook dan Jihyo akan segera dilaksanakan, harapan itu luruh seketika bersama kepingan hatinya yang remuk. Tandas, tak tersisa secuil pun.

Jian hanya mencoba untuk bertindak sesuai akal sehatnya. Menolak keberadaan Jungkook di sekitarnya walaupun hatinya sendiri tahu bahwa Jian merindukan saat-saat di mana mereka menghabiskan banyak waktu bersama sebelum benteng besar kasat mata menjulang tinggi di antara keduanya. Memperlebar jarak tanpa sedikit pun kata cinta yang sempat terucap.

Tragis. Cintanya dipaksa mati bahkan ketika belum sempat mekar sempurna.

"Jia, kau mau pesan apa?" Suara berat yang membelai rungunya berhasil menarik seluruh atensi Jian kembali pada kenyataan.

Pelayan yang menunggu di dekat pintu tersenyum maklum begitu menyadari Jian terlalu larut dalam lamunannya.

Berdeham pelan, Jian lantas menatap Taehyung dengan senyum simpul yang membingkai paras cantiknya.

"Aku akan makan apa pun yang kau pesan." Gadis itu tertawa kecil yang kemudian ditanggapi dengan senyum geli Taehyung, "Kalau begitu pesan satu set paket premium."

Setelah memesan, pelayan tersebut pun pamit pergi seraya menutup pintu ruangan. Saat ini mereka sedang berada di salah satu restoran Jepang langganan Taehyung. Menggunakan waktu kosong mereka di kampus untuk makan siang di luar. Pemuda Kim itu bersikeras ingin mentraktir Jian makan siang.

Katanya, Taehyung baru saja menerima gaji pertamanya menjadi seorang tutor musik seorang siswa sekolah menengah atas. Satu hal yang Jian kagumi dari seorang Kim Taehyung. Meskipun terlahir dari keluarga kaya, Taehyung tetap bekerja sampingan untuk mengisi waktu luang dan menambah pemasukan sendiri.

Beberapa minggu belakangan ini, Jian menjadi lebih sering menghabiskan waktu bersama Taehyung. Entah sekadar makan siang bersama, menonton film di bioskop atau menemani pemuda itu mencuci mobil di tempat langganannya. Kendati seperti itu, satu hal menyebalkan terus mengusiknya; Jian tetap tak bisa menghilangkan Jungkook dari pikirannya.

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang