Yoongi be like: aku hadir bukan tanpa alasan, everybody.
Jeon tidak main-main dengan perkataannya.
Sepekan setelah mengutarakan keinginannya untuk menjalin kembali hubungan dengan Jian, tentunya ke arah jenjang yang lebih serius dari sekadar berpacaran, pria itu mengatur acara makan malam keluarga di salah satu hotel bintang lima.
Mengundang ayah dan ibu Jian. Namun, tidak mengundang ayahnya sendiri. Cio dan Nana pun ikut beserta Sora, pengasuh Cio. Semuanya telah diatur sedemikian apik oleh Jeon demi mendiskusikan semuanya.
Topik pembicaraan yang membuat Jian tidak berhenti berdebar sepanjang perjalanan menuju lokasi. Tidak berhenti meremat kedua tangannya sendiri. Gelisah. Takut terluka lagi. Takut jatuh lagi. Takut kecewa untuk kesekian kali.
Di kursi penumpang, Senna dan Cio duduk nyaman ditemani oleh Sora. Sesekali terdengar gurau tawa mereka.
Jeon menyadari kecemasan yang melanda wnaita di sebelahnya itu. Segera meraih tangan Jian dan menggenggamnya. Seakan mengatakan melalui tindakan manis itu bahwa semua akan berjalan lancar dan baik-baik saja.
"Ada aku, Ji." Sepenggal kalimat yang nyatanya tak membuat Jian tenang. Wanita itu berkali-kali mengembuskan napas, memandang ke jendela dengan sorot nanar. Sungguh. Setakut dan secemas itu rasanya.
Butuh waktu sekitar tiga puluh menit perjalanan hingga mereka tiba di hotel dan menuju restoran mewah di sana. Rupanya, ayah dan ibu sudah datang lebih dulu.
Jeon memeluk pinggang Jian selagi mereka berjalan. Mengabaikan sorot tajam Jian yang memberi peringatan. Toh, ayah dan ibu sudah tahu sejauh apa hubungan mereka. Hanya tinggal meminta restu dan mendiskusikan tentang Cio.
"Maaf kami terlambat," ujar Jian penuh sesal dan duduk di hadapan kedua orang tuanya. Sementara Sora, Cio, dan Senna duduk di meja lain yang sengaja Jeon pesan. Tidak baik jika Senna dan Cio mencuri dengar percakapan mereka nanti.
"Tidak apa," jawab ibu dengan senyuman tipis. Jian turut tersenyum canggung. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak makan malam bersama secara resmi begini. Terakhir, Jian ingat sekitar dua tahun lalu. Selebihnya, hanya pertemuan sederhana yang tidak membahas banyak hal dan topik yang serius.
Jeon memberi isyarat agar pramusaji lekas menyiapkan makan malam mereka. Sambil menunggu hidangan disajikan, ayah dan ibu memilih menghampiri Cio dan Senna. Mencium cucu mereka itu bergantian dan berbincang sejenak.
"Bagaimana pekerjaanmu?" Ayah bertanya ketika pramusaji datang menghidangkan santapan malam mereka. Kembali duduk di kursinya, Hwang Yoon memandang lurus ke arah Jian.
"Lancar, Yah." Jian menyahut seadanya. Yoon mengangguk. Setelah berdoa bersama, masing-masing mulai menikmati hidangan yang disajikan.
"Jadi ...." Ibu membuka percakapan. Jeon menoleh, menatap ibu dan ayah bergantian. Menyudahi sesi makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AEONIAN [Completed]
FanfictionHwang Jian tidak pernah mengharapkan cinta yang sempurna sementara kisahnya dimulai dari benang kusut yang tak teruraikan. Tetapi siapa yang menduga perasaannya kian membesar seiring berjalannya waktu? Jian tidak bisa mengalah. Dia menginginkan Jeo...