Aeonian II : P a r a d i s e

595 62 24
                                    

happy reading, yang masih melek🖤contain mature scene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading, yang masih melek🖤
contain mature scene.


Tidak pernah sedikitpun Jeon berani membayangkan terbangun pagi hari dengan Jian di sisinya. Selimut menutupi sebatas punggung, rambut sebahunya yang tampak sedikit acak-acakan, wajah sepolos bayi, juga mata terpejam rapat dengan posisi terkurap nyenyak.

Membayangkan Jian sebagai istrinya pun, kerapkali takut ia lakukan sebab hanya berakhir menjadi angan semata. Namun, detik ini, wanita itu sungguhan ada di sisinya. Manisnya. Cintanya. Hidupnya.

Tersenyum kecil, Jeon lantas membuka nakas. Meraih kamera polaroid dan memotret Jian dalam keheningan pagi.

Bagus. Indah. Sempurna. Semua kata-kata pujian bahkan tidak cukup menjabarkan seberapa penting dan berharganya wanita itu dalam hidup Jeon. Sebab, bersama Jian, ia merasa jauh lebih bermakna dan hidup.

Setelah puas mengambil beberapa gambar untuk kenangan dirinya sendiri, Jeon lantas mendekat. Mengusap kepala Jian sejenak sebelum mengecup bahu hingga punggung wanitanya. Kecupan-kecupan kecil yang nyatanya berhasil mengusik ketenangan tidur Jian.

Mengerang sebal, masih dengan mata terpejam rapat, Jian kemudian bergumam pelan tapi terdengar seperti gerutuan.

"Masih pagi sekali, Jeon ...."

Namun, seolah menulikan kedua telinga, Jeon malah semakin merapat, mengikis jarak dan memeluk wanita itu dari samping tanpa menghentikan ciuman-ciuman tersebut di bahu Jian.

"Jeon...," erang wanita itu mulai kesal karena terus diganggu. Jeon menahan senyum, memeluk pinggang Jian sebelum membawa wanita itu ke dalam dekapan dengan posisi Jian membelakanginya. Kedua lengannya melingkari perut Jian.

"Panggil aku sayang dulu," pintanya, usil.

Jian mendecak, menyikut perut pria itu sangking kesalnya. "Jam berapa sekarang?"

Jeon refleks memandang jam di dinding. Masih jam lima pagi.

"Jam lima," jawabnya. "Ayo cepat panggil aku sayang."

"Sayang," ujar Jian, mengalah. Matanya masih terpejam rapat. Antara mengantuk atau memang menikmati dekapan hangat Jeon dari belakang.

"Iya sayang? Mau apa?" godanya semakin menjadi-jadi. Jian mendecak sebal. Memutuskan untuk tidak menanggapi dan kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu. Akan tetapi, Jeon seakan sengaja agar ia terbangun. Dengan usilmya, jari-jari panjangnya kini bermain-main di perut Jian, merambat naik pada bagian atas tubuhnya yang memang belum tertutupi apapun.

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang