Tara ikut bergabung duduk bersama Tama dan Ten yang udah dari tadi duduk di kursi panjang depan warungnya.
"Widih, Mas Tara repot repot segala sampe bikinin kita kopi segala, jadi enak kita nih." Ten menggeser kopi yang baru saja dibuatkan Tara.
"Ndak apa-apa santai aja sama aku."
"Makasih ya Mas Tara, padahalkan kita ngobrol doang disini, nggak bermaksud minta dibikinin kopi, sekali lagi makasih ya."
"Santai aja Tam, lagian aku juga pengen ikut ngobrol sama kalian. Udah lama aku ndak ngobrol sama kalian berdua, apalagi sama kami Tam. Gimana kabarnya, baik?"
Tama terkekeh, "Baik Mas."
"Aku ini loh jarang liat Tama, nggak sesering Ten yang mondar mandir keluar kosan."
Dari arah gerbang muncul Johnny dengan ponselnya yang ada di genggamanya, tanganya melambai ke arah Tara. "Oi Mas Tara! Ngopi nggak ngajak ngajak."
Johnny ikut bergabung dengan ketiganya, ia mengambil kursi plastik yang berada tidak jauh dari kursi panjang.
"Waduh, maaf John tak kira kamu ndak ikut gabung. Sek yo, tak bikinin kopi dulu."
"Eh nggak usah Mas Tara, gue lagi nggak pengen ngopi yang panas. Gue ngopi botolan aja." Johnny membuka lemari pendingin dan mengambil satu botol minuman kopi.
"Sama Dunhill satu."
"Satu apa? Satu bungkus apa satu batang?" tanya Ten.
"Satu bungkus lah, masa 1 batang, emangnya gue elo belinya rokok ketengan." Tama langsung ketawa begitu denger Johnny ngomong. Ten ini emang jarang beli rokok satu bungkus, lebih sering beli ketengan. Katanya takut kalau beli satu bungkus nanti yang ada malah ngerokoknya jadi kaya kereta api, gak berhenti berhenti.
"Bangsat, gue beli ketengan juga ada alesanya."
Tara mengambilkan satu bungkus Dunhill. "Nih ambil aja kalo mau pada ngerokok." Johnny meletakan satu bungkus rokoknya di pinggiran kursi panjang setelah ia mengambil satu batang.
Disusul Tama yang ikut join ngerokok bareng Johnny, "Pinjem korek John."
"Mas Tara nggak ngerokok?" tanya Johnny yang mendapat gelengan dari Tara. "Enggak John, tapi ngevape."
"Enak ya ada rasa rasa nya."
"Ciuman sama pacar juga ada rasanya." celetukan Tama yang satu ini cukup membuat ketiga temanya langsung tertawa.
"Emang rasa apaan?"
"Lipbalm lah, emang lo nggak pernah Ten?"
Ten mendelik ke arah Tama, dari kemarin pengen banget nonjok muka Tama, tapi gagal terus.
"PERNAH LAH!"
"Weits, biasa aja kali nggak usah ngegas juga, mau kemana lo? Rumah mertua." Ada niat terselubung Johnny ngisengin Ten, soalnya diem diem Johnny tau kalo Ten suka gibahin dirinya kalau lagi sama Soraya dan Lisa.
Mansur, bapaknya Tara baru saja pulang nonton orang main catur di pos ronda tersebut langsung menghampiri anaknya yang sedang asik mengobrol dengan penghuni kosan depan rumahnya.
"Tara, bapak mau langsung tidur ya. Kalo kamu masih lama nanti jangan lupa tutup warungnya ya kalo mau masuk."
Tara mengangguk mendengarkan pesan dari bapaknya. Begitu pula dengan Tama, Ten, dan Johnny, ketiga cowok tersebut tidak lupa untuk menyapa Mansur.
"Bapak lo abis darimana itu?" tanya Johnny.
"Biasalah, abis dari pos ronda nonton orang maen catur."
![](https://img.wattpad.com/cover/273574106-288-k442735.jpg)