Juara dua di hati kamu

385 90 63
                                        

Menikmati secangkir teh dan biskuit di pagi hari emang gak pernah salah, begitu juga yang dilakukan oleh Nadja. Semenjak ditinggal kakaknya pindah ke Semarang, Nadja sekarang kemana-mana mau gak mau harus sendirian, yang biasanya ditemenin kakaknya terus, sekarang jadi sendirian, agak sedih sih, tapi dikit doang. Jangan tanya kenapa gak minta temenin sama Chandra, soalnya udah putus.

Heran, kakaknya putus, adiknya kenapa ikut ikutan putus juga.

Dapet whatsApp dari kakaknya kemarin, Nadja senengnya bukan main, akhirnya kakaknya pulang ke Jakarta, ya walaupun sebentar doang sih cuma seminggu.

"Nadja, tumben Chandra weekend nggak kesini?" tanya Jennie yang baru aja selesai nyiramin tanaman kesayangan Mamahnya.

Ah, soal hubungan Nadja sama Chandra, kakaknya belum tau kalo dia udah putus sama Chandra.

"Apasih udah nggak sama dia."

Jennie melotot kaget, "Lah kenapa!"

"Udah nggak sejalan aja pemikiranya."

"Kok bisa."

"Ya bisalah, lo aja bisa putus sama cowok lo, berarti gue juga bisa putus sama cowok gue."

"Aneh lu."

"Mas Kahfi udah bangun belum?" tanya Nadja mengalihkan obrolan.

Jennie mendelik penuh selidik ke arah adiknya, ada gerangan apa tiba tiba nanyain Kahfi. "Tiba tiba banget nanyain Kahfi?"

"Kenapa sih tsay, takut banget ya kalo Mas Kahfi naksirnya sama aku?" ucap Nadja sambil mengibaskan rambutnya.

"Lepek tuh rambut lo, keramas sono mending."

"Dih sirik aja lo."

"Mamah mana."

"Mamah sekarang udah jadi artis komplek."

"Hah?"

"Arisan dimana-mana tsay."

Jennie bergidik ngeri ngeliat tingkah adiknya, ditinggal dua tahun ke Semarang, balik ke Jakarta kenapa adiknya malah jadi kayak mama mama sosialita.

"Selama dua tahun gue nggak di Jakarta, lo temenanya sama siapa sih Na? Jadi kayak mamih mamih gini, saingan lo ntar sama Mamah yang ada." selesai mengatakan hal tersebut, Jennie langsung ngacir ke kamarnya.

"Enak aja lo Jubran kalo ngomong!"

_____

"JENNIE!!!!!!!! AAAAA KANGEN BANGET!!!" Lisa orang pertama yang langsung meluk Jennie waktu cewek itu baru aja turun dari mobil.

Sekarang kumpulnya udah bukan di kosan lagi, tapi di apartment punya Ten.

"Kangen banget lo ya sampe nungguin gue di basement gini?"

Lisa senyum girang banget sampe gak jawabin pertanyaan Jennie. Melirik ke belakang. "Eh dianterin sama siapa?"

"Sama temen gue yang di Semarang."

"OH!!! Siapa namanya tuh gue lupa, Mas Kahfi itu ya." Jennie mengangguk. "Iya, sekalian dia sama adek gue mau ke toko buku."

"Jadi mau pedekatein kakaknya apa adeknya nih."

"Kayaknya sih adeknya ya, yaudah yuk."


Sampai di kamar apartment Ten, Johnny orang pertama yang langsung merentangkan kedua tanganya lebar. "Ayo anak anaku peluk Ayah dulu." Jennie dan Lisa bergegas menghambur kearah Johnny, disusul Ten, Tama cuma berdiri sambil senyum ngeliat temen temenya kumpul lagi.

"Yeu gila lo ya, mentang mentang udah jadi mba mba Jawa sekarang."  seru Ten yang masih merangkul Jennie.

"Kenapa tuh."

𝐃𝐮𝐚 𝐩𝐮𝐥𝐮𝐡 𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐣𝐚𝐦 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐡 𝐡𝐚𝐫𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang