He's not into you

415 105 44
                                    

Tau apa hal yang paling Ten gak suka di dunia ini?

Nungguin orang janjian ketemuan. Ten paling benci, tapi dia gak bisa marah karna Johnny yang menyuruhnya, dengan ancaman ia akan membongkarkan rahasia ke Lisa kalau dulu Ten pernah punya satu akun instagram yang isinya cuma foto dia sama Lisa doang, Ten gak bisa ngelak kalo ancamanya itu.

Bahkan gelas es teh manisnya aja udah kosong, untungnya doi bawa segelas tumblr, biasa, abis dari gym.

Seseorang menepuk bahunya dari belakang yang kemudian menarik kursi yang berada didepanya.

Ten langsung berdehem begitu tau siapa yang datang, Johnny dan Tama.

"Widih, abis cukuran lo." basa basi Ten pada Tama, cowok tersebut terlihat menipiskan rambutnya di bagian pinggiran.

"Eh gue ngundang lo berdua ya dateng ke syukuran rumah baru gue."

Ten yang mendengarnya sumringah, senang karna sahabatnya itu akhirnya bisa beli rumah sendiri. Kalau reaksi Johnny cuma manggut manggut doang kepalanya.

"Berarti udah beres semua dong?" Tama menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Minggu gue syukuran, abis isya, nanti dateng sama yang lainya aja ya, ajak Mas Tara juga ya."

Ten memberikan kedua jempolnya. "Siap itu mah, eh by the way, waktu malem malem itu di toko furniture lo sama Jennie?" Johnny menghela nafasnya ketika Ten mengucapkan pertanyaan itu lagi.

Ten melirik Johnny waspada, tapi untungnya cowok tersebut kelihatanya gak peduli, malah lagi nyalain korek api, mau nyebat.

"Kapan?"

"Gue lupa hari apa, tapi malem malem, lo kan itu, di toko furniture yang depanya parkiran lebar abis itu sebelahnya apotik."

Tama menganggukan kepalanya. "Lagi disana juga lo?"

"Gue abis dari apotik, beli obat. Itu sama Jennie bukan sih, apa mata gue salah liat?"

Tama menggelengkan kepalanya, "Dia balik lagi Ten." Saat mengatakanya, Johnny menyunggingkan senyumnya miris, bisa bisanya sahabatnya itu bertindak seperti itu dengan posisi dirinya masih menjalin hubungan dengan seseorang.

"Siapa anjir?!" tanya Ten penasaran.

"Tiara, adik kelas kita pas jaman masih SMA." Tama memberikan penjelasan pada Ten seolah olah tidak terjadi apa apa.

Bukanya seneng, Ten malah mengerutkan keningnya. "Ya terus kalo Tiara balik kenapa dah?"

Belum sempat Tama menjawab, Johnny sudah lebih dulu menjawabnya. "Lo lupa, Tiara kan cinta pertamanya Tama, tapi kasih tak sampai gitu lah ibaratnya, makanya pas Tiara balik dengan versi udah gede dia seneng, ya kan Tam?" satir Johnny pada Tama. Percayalah, dibalik Johnny yang sedang menyatir Tama, cowok tersebut rasanya pengen banget nonjok muka Tama sekarang juga.

Tama menanggapinya dengan kekehan kecil, "Apaan sih lo."

Ten jijik banget liatnya, kenapa Tama jadi kayak cowok lagi kesemsem digituin sama Johnny.

"Oh jadi itu Tiara, bukan Jennie? Gue kira Jennie, emangnya Jennie ngebolehin lo pergi sama Tiara? Kenapa ke toko furniturenya bukan sama Jennie dah, gue kalo jadi Jennie sih marah ya kalo cowok gue pergi sama yang lain." Ten terus terusan memborbardir Tama dengan ocehan mulutnya itu.

"Nanyanya bisa satu satu nggak?" Ten lantas langsung menggelengkan kepalanya cepat, oh Jennieku yang malang, begitu isi pikiran Ten sekarang.

"Nanti gue bakal bilang sama Jennie kedepanya mau gimana." ucap Tama singkat.

Johnny dan Ten bahkan sempat tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar, Tama jadi orang seplinplan ini soal hubungan, ada gilanya juga cowok itu.

𝐃𝐮𝐚 𝐩𝐮𝐥𝐮𝐡 𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐣𝐚𝐦 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐡 𝐡𝐚𝐫𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang