Part 2
"Beribu kata maaf pada-Nya. Sebab, mata telah lancang menatap makhluk yang tidak halal bagi-Nya."
~Afwan
Selamat Membaca🔥
Mobil yang membawa diriku kini telah memasuki kawasan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.
"Dek, Ayo!"
Suara briton milik Bang Alfa menyadarkan aku yang masih setia duduk di kursi penumpang dengan segala pikiran yang menjerumus mengenai perkataan Bang Alfa beberapa menit yang lalu.
Menghela napas, aku pun keluar dari mobil. Kemudian mengikuti langkah Bang Alfa memasuki Bandar Udara tersebut.
Berbagai prosedur keberangkatan telah selesai. Kini aku dan Bang Alfa diarahkan satpam untuk menunggu diruang tunggu selama beberapa menit.
"Adek sudah hubungi Daffa?"
Aku menggeleng seraya terus memperhatikan sekitar. "Bang, itu Daffa!" kataku tak sengaja melihat cowok tersebut bersama dengan seorang wanita parubaya.
"Ayo, kita samperin," ucap Bang Alfa seraya membawa tangan mungil milikku untuk digenggamnya.
Dengan anggukan kami pun menghampiri mereka dengan tangan yang bertaut satu sama lain.
Aku terus mengamati tanganku yang digenggam Bang Alfa. "Jari tangan adek kecil banget." ucapku cemberut membuat Bang Alfa terkekeh.
"Badan adek aja kecil, ya wajar jari tangannya juga kecil."
"Tapi, gak pas digenggam abang tau."
Bang Alfa menggeleng. "Gak apa-apa, nanti juga ada kok, yang pas dengan jari tangan adek."
"Siapa?" tanyaku.
"Maybe, seseorang yang tertulis dilahul Mahfudz adek,"
Aku terdiam dan mengangguk. Benar apa yang bang Alfa katakan.
Kini aku telah berdiri dihadapan Daffa dan Bu Mira selaku guru pendamping kami selama beberapa hari di Kediri.
"Lu kok, lama?" tanya Daffa.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Bu!" salamku pada Bu Mira dan menyalimi punggung tangan beliau tanpa memperdulikan pertanyaan Daffa.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Bu Mira begitu pun dengan Daffa.
"Sial! Gw dikacangi," gerutu Daffa yang dapat aku dengar.
Aku menoleh ke arah Daffa yang tengah menatapku kesal. Namun, kekesalannya berganti dengan senyuman lebar ketika Bang Alfa mengajaknya ber tos ria ala lelaki.
"Dih, caper," batinku melirik sinis ke arah Daffa yang tidak dipedulikan sama sekali oleh cowok tersebut.
Kemudian aku ikut duduk di sebelah Bu Mira. Sementara Bang Alfa, justru duduk bersebelahan dengan Daffa dan asik bercerita. Ya, walaupun wajah abang hanya tersenyum tipis menanggapi Daffa.
"Ra, lu udah paham mengenai ketentuan yang gw kirim lewat email, kan?"
Aku menatap Daffa bingung. "Ketentuan apa?"
"Coba lu cek email deh,"
Aku pun mengangguk seraya izin pada Bu Mira untuk berpindah duduk di sebelah kanannya. Hingga memudahkan dia meminta ponsel pada Bang Alfa.
Ketika mengecek email, aku meringis. Benar saja dua hari lalu, Daffa mengirimkan sebuah file mengenai ketentuan yang harus kami laksanakan.
"Benar kan," ucap Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFWAN
RandomManusia hanya bisa berencana. Namun, Allah yang menentukan hasil Akhirnya. *** Afwan... Satu kata yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang aku sayangi. Kata yang ingin sekali, aku sampaikan pada Abang untuk terakhir kalinya. Namun, hanya sebua...