Part 16
"Bahagia itu sederhana."
@Afwan
Aksi bujuk, membujuk akhirnya selesai. Pastinya, yang memenangkannya adalah Ayra Azkayra Hafidzah Kareem, tidak lain aku sendiri.
"Bang berdiri!" titahku pada Hendra yang kini menatap menuntut penjelasan.
"Berdiri!"
Lelaki itu pun, berdiri dengan mangkok yang ada di kedua tangannya.
"Silahkan, duduk Mbak, Kak."
Tawaku tertahan karena tersadar jika saat ini aku persis dengan pegawai restauran yang sedang menyambut pelanggang.
"Terimah kasih dek," Senyuman tulus dari wanita hamil tersebut membuat sudut bibirku juga tertarik. Setelahnya, aku pamit, tidak lupa memberikan kode pada Hendra.
"Sekarang, kita makannya gimana?" tanya Hendra yang berjalan di sisiku dengan mangkok yang masih dipegangnya.
"Kita lesehan aja, gak apa-apa kan?" tanyaku dengan cengiran.
"Lesehan?"
Aku mengangguk semangat.
"Makan di mobil aja, Ay. Masa lesehan di pinggir jalan. Kaya gembel tau!"
Tawaku mengudara. "Masa ada gembel yang cantik kaya Ayra sih?" tanyaku menaik-turunkan alis membuat Hendra mendengkus.
"Sini mangkok punya Ayra," kataku mengambil alih mangkok dan duduk lesehan. Begitu juga dengan Hendra yang kini duduk di sampingku.
"Ini benaran, Ay?" tanya Hendra lagi yang tidak aku gubris, karena menikmati kelezatan pada baksos.
Beberapa menit kemudian, baksoku telah tandas tidak tersisa. Aku mencari air untuk membersihkan tenggerokan yang serak, tapi tidak ada.
"Bang Hen, minumannya gak ada nih?" tanyaku melirik Hendra.
Hendra menghentikan suapan baksonya dan melirik ke arahku. "Udah habis bakso lu?"
Pertanyaan macam apa itu? Padahal, sudah jelas terlihat mangkok yang aku pegang sudah bersih, tidak menyisakan bakso satu pun.
Aku memutar bola mata malas dan meletakkan mangkok di dekat kaki Hendra. Lalu, beranjak berdiri.
"Eh, eh, mau kemana lu? Gw belum selesai makan, heh!"
"Ambil mineral Bang, udah di sini aja, nikmatin baksonya." setelahnya aku berjalan ke arah gerobak bakso.
"Kang, mineralnya dua botol, ya?!"
"Siap, cantik!" sahut penjual bakso membuat aku mendengkus dan kembali ke tempat Hendra berada. Aku terkekeh melihat raut kesal dan malu Hendra.
"Ketawa, ketiwi lagi lu!"
"Lho, kok, ngamuk?" kataku berjongkok di hadapannya memberikan sebotol mineral.
Hendra memutar bola matanya. "Thank's,"
"Bisa buka sendiri gak botolnya?" tanya Hendra, membuat aku mendongakkan kepala yang membuat mata kami bertubrukan.
"Iya bisa." tutup botol berhasil terbuka membuat aku segera meminum air mineral tersebut, hingga menyisakan setengah.
"Udah kan?" tanya Hendra setelah aku menutup botol mineral.
"Iya udah, yok, pulang!" kataku seraya berdiri dari posisi jongkok, diikuti oleh Hendra.
"Kang, semuanya jadi berapa?" tanya Hendra pada penjual Bakso.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFWAN
RandomManusia hanya bisa berencana. Namun, Allah yang menentukan hasil Akhirnya. *** Afwan... Satu kata yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang aku sayangi. Kata yang ingin sekali, aku sampaikan pada Abang untuk terakhir kalinya. Namun, hanya sebua...