Part 6
"Meminta maaf bukan berarti kita telah melakukan kesalahan. Namun, kita sadar jika mengalah itu lebih baik."
~Afwan
Selamat membaca💗
"Ada apa?" tanyaku pada seseorang yang menghalangi langkah kaki yang ingin membawaku menuju gedung yang menjulang tinggi dihadapan sana.
"Biar gw yang bawa kopernya."
Aku mengangguk seraya menyerahkan koper tersebut.
"Manja,"
Mendengar lontaran kata tersebut, aku melirik pada seorang cowok yang menatap diriku dengan ekspresi yang susah aku gambarkan.
Mengapa dengannya? Mengapa dia mengatai aku manja? Padahal, aku tidak pernah menyuruh Hendra untuk membawakan koperku. Justru cowok itu lah yang menawarkan diri.
Aku menghela napas. Terserah apa yang teman Hendra katakan tentangku. Toh, cowok tersebut tidak mengenalku dan aku pun mengenalnya saja tidak. Memilih bodoamat aku pun mengikuti langkah Hendra yang kini membawa kami memasuki bangunan yang bertuliskan 'Asrama'.
Seiring langkah kaki yang membawa aku memasuki Asrama. Entah mengapa, aku merasa seseorang tengah memperhatikan. Aku mengamati sekitar mencari seseorang tersebut. Hingga, aku melihat seorang cewek yang berdiri di atas balkon kamar menatap salah satu di antara cowok yang berada di depanku.
Siapa cewek itu? Mengapa dia menatap Hendra seperti orang yang sedang cemburu? Batinku bertanya ketika mengikuti arah pandang cewek tersebut. Aku terus menatap wanita tersebut seraya berjalan menuju pintu asrama. Hingga mata hazel milik cewek itu tidak sengaja bertubrukan dengan mataku.
Aku pun tersenyum padanya. Karena penasaran akan sosok wanita tersebut. Aku pun bertanya pada cowok yang berada di depanku.
"Bang, cewek yang ada di balkon kamar itu namanya siapa?"
Aku menghentikan langkah. Saat Daffa dan kedua cowok tersebut pun menghentikan langkahnya.
Fyi, mereka bertiga berjalan di depan, sementara aku berjalan di belakang mereka. Bukan apa-apa, aku hanya tidak ingin lagi berjalan di depan cowok.
"Ra?"
Aku menatap Daffa yang kini berbalik menghadap padaku.
"Lu nanya siapa? Dan cewek mana yang lu maksud?" tanya Daffa.
"Ayra nanya Bang Hendra dan temannya," kataku melirik Hendra dan temannya yang juga berbalik hingga membuat kami saling berhadapan. Lalu kemudian, aku kembali melihat ke arah balkon. Namun, aku tidak lagi melihat siapa-siapa di sana.
"Lho," heranku menatap balkon yang tidak ada lagi siapa-siapa di sana.
"Lu kenapa dah?" tanya Daffa bingung.
"Itu loh, Daf. Tadi Ayra lihat ada cewek di balkon sana." tunjukku membuat atensi semuanya mengarah pada balkon kamar di atas sana.
"Mana? Gak ada tuh,"
"Benaran Daf, Ayra lihat cewek rambutnya sebahu, warna kulitnya putih dan pipi dia tembem."
"Kakinya menapak di tanah gak?"
Aku mengangguk.
"Artinya dia manusia dong," ucap Daffa.
Aku memutar bola mata. "Bang Hendra tau gak, siapa cewek yang punya ciri-ciri kaya gitu?" tanyaku tidak ingin meladengi pikiran mistis Daffa.
Melihat Hendra mengangguk, aku pun menunggu jawaban yang cowok itu akan berikan. Namun, baru saja Hendra ingin bersuara, temannya lebih dulu menyela perkataannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFWAN
Ngẫu nhiênManusia hanya bisa berencana. Namun, Allah yang menentukan hasil Akhirnya. *** Afwan... Satu kata yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang aku sayangi. Kata yang ingin sekali, aku sampaikan pada Abang untuk terakhir kalinya. Namun, hanya sebua...